Assalamu'alaikum, Selamat datang di Media Share Aswaja. Disini adalah tempat share kajian-kajian Aswaja NU. Semoga manfaat dan barokah.

Mengapa Kyai Ma'ruf Amin Maju Cawapres Jokowi 2019-2024.?

Sabtu, 11 Agustus 2018




Setelah diketahui bahwa Kyai Ma'ruf Amin menjadi pasangan Jokowi sebagai Calon Wakil Presiden 2019-2024, muncul opini-opini ngawur menyerang Kyai Ma'ruf yang mengatasnamakan warga NU, tapi entah dia yang mengatasnamakan NU tersebut sudah faham atau tidak tentang ke-NU-an yang dia sebut, atau hanya menyebar opini semata untuk memecah warga NU, entahlah. Berikut penggalan opini tersebut :

1.) Kyai Makruf, ngapunten... saya juga ndak tega kalau nanti panjenengan harus jingkrak-jingkrak diatas panggung kampanye bareng artis-artis hiburan, atau ikut flash mob pada saat CFD-an di Sudirman. Demi meraih simpati pemilih kebanyakan.
JAWAB SAYA : Anda kok su'udzon duluan ke Kyai, mengatakan Kyai Anda jingkrak-jingkrak dengan artis.

2.) Kyai, siapa nanti yg memimpin kami tahlilan? ketika nanti panjenengan harus kampanye blusukan.
JAWAB SAYA: Yg mimpin tahlil seluruh warga NU apa cuma 1 orang.? Apa harus Kyai Ma'ruf.? Apa penerusnya gk ada yg bisa mimpin Tahlil.?

3.) Kyai, siapa nanti yg ngimami istighotsahan? ketika nanti panjenengan harus ikut rapat tim pemenangan.
JAWAB SAYA : IDEM dengan pertanyaan Tahlil.

4.) Kyai, siapa nanti yg akan menjadi penuntun harokah annahdliyah kami, ketika panjenengan harus keliling mendampingi Jokowi.
JAWAB SAYA : Kalau cerdas, anda akan tau apa maksud dan langkah yang diambil Kyai Ma'ruf.

5.) Kyai, bismillah saya pilih Prabowo-Sandi.
JAWAB SAYA : Itu hak pilih anda.

Begitulah kira-kira jawaban saya.

Kyai Ma'ruf Amin jago di ekonomi syari'ah (cek di google riwayat beliau), maka jelas sejatinya Kyai Ma'ruf sedang mengajarkan Harokah Annahdhiyah yang sejelas jelasnya melalui Wapres untuk membantu Pemerintah melanjutkan pembangunan Jokowi setelah periode pertama.

Cek 1 : https://m.detik.com/news/berita/4158863/maruf-amin-bicara-soal-ekonomi-keumatan-hingga-penegakan-hukum

Cek 2 : https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4158906/maruf-amin-bicara-ekonomi-umat-hingga-setop-impor-pangan

Seolah Kyai Ma'ruf langsung mengajari warga Nahdhiyin dalam berharokah nahdhiyah.
Berikut penjelasan beliau tentang Harokah Nahdhiyah (www.nu.or.id/post/read/73053/rais-aam-ingatkan-seluruh-pengurus-tentang-garis-nu).

Isinya : Dari sisi gerakan, jelas Kiai Ma’ruf yang juga ketua MUI pusat ini, NU mengedepankan himayah (perlindungan) dan ishlahiyyah (perbaikan). NU harus menjaga ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengedepankan sikap-sikap toleran, moderat dan adil.
Beliau juga mendorong NU untuk melakukan perbaikan-perbaikan. “Al-muhafadhah ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Menurut saya ini kurang inovatif, hanya menjaga dan mengambil,” kata beliau. Moto ini bagi Kyai Ma'ruf mesti ditambah dengan al-ishlah ila ma ghairil ashlah (memperbaiki apa yang belum menjadi lebih baik).

Seperti itu menurut beliau.

Jadi, Kyai Ma'ruf sejatinya tidak hanya berbicara saja tentang kebaikan tapi langsung memberi contoh apa itu Harokah Nahdhiyah, yang tentunya sesuai dengan bidang beliau (tentang ekonomi syari'ah) yang cocok dengan program Jokowi Nawacitanya yang belum selesai di periode pertama. Memperbaiki apa yang belum baik. Memperbaiki Program Nawacita yang belum baik (belum jalan sepenuhnya).

Tidak aneh pula bahkan langkah yang harus dijalani selanjutnya jika periode kedua Jokowi fokus ekonomi rakyat.
Periode pertama infrastruktur yang behubungan dengan distribusi barang (toll, bandara, toll laut, dan perizinan dipermudah, serta bendungan yang notabene infrastruktur inti di peternakan/pertanian) semua itu dibenahi.

Maka periode kedua fokus pemberdayaan rakyat, sertifikat tanah bisa buat pinjaman, selain untuk pengakuan hak atas tanah rakyat. Maka perlu pendampingan dalam pemberdayaan ekonomi termasuk pengelolaan uang. Pemberdayaan pertanian dan peternakan lebih optimal (bendungan sudah siap) dan disusul kebijakan Revolusi Industri 4.0.
Intinya selain pembangunan fisik sudah dikebut sebagian di periode pertama, maka periode kedua kebut pembangunan SDM.
Setelah periode kedua selesai, mau dibawa kemana sudah jelas Indonesia ini, dan oleh siapa Pemimpinnya harus siap siap dari sekarang.

(RosyidinK)

MEMBONGKAR KESESATAN KETUA UMUM PBNU (KYAI SAID AQIL SIROJD)

Kamis, 02 Agustus 2018

Nama lengkapnya adalah Prof Dr KH Said Aqil Sirad, lahir di Cirebon 3 Juli 1953. Sebelum menduduki posisi terhormat sebagai Ketum PBNU tahun 2010 hingga kini, sangat akrab dipanggil Kang Said.

Kang Said masa mudanya adalah seorang kutu buku, pernah tinggal di Arab Saudi selama 13 tahun. Beberapa teman kuliahnya menjuluki Kang Said sebagai kamus berjalan, karena memang anak dari pasangan KH Aqil Siradj dan Hj Afifah sejak kecil sudah terlihat bibit kecerdasannya. Walau semua Kiyai sepuh di Cirebon tahu bahwa kedua orang tua Kang Said hanyalah keluarga sederhana bahkan taraf kehidupannya bisa dikatakan pas-pasan.

Ya begitulah Kang Said?! Dalam waktu yang tidak sebentar dia pernah mengenyam pendidikan di sarang WAHABI. Suami dari Hj Nurhayati yang menikah pada tanggal 13 Juli 19977, secara resmi meraih gelar Sarjana hingga Doktor di Universitas King Azis dan Ummul Qurro ternyata pernah nyantri di pesantren Lirboyo Kediri dan Krapyak Jogjakarta. Diapun pernah belajar pada masternya ulama ASWAJA dunia yakni kepada Maha Guru Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki.

Saking lamanya di Arab, beberapa anak Kang Said malah ada yang lahir di tanah yang menjadi tonggak sejarah lahirnya Islam (Makkah Al-Mukarramah).

Kang Said anak dari KH Aqil, cucunya KH Siraj ini dari garis nasab mewarisi darah kentalnya seorang tokoh kharismatik pejuang Aswaja di jaman kolonial sekaligus sebagai Kiyai yang terjun langsung secara aktif melawan penjajah, leluhurnya ini di Cirebon dikenal sebagai Mbah Yai Muhammad Said Gedongan,  yang nasabnya bersambung secara sah hingga ke salah satu tokoh Waly Sembilan yakni Sunan Gunung Jati.

Ya dialah Kang Said, pemimpin ormas Islam terbesar di dunia ini namanya sering disebut-sebut didalam beberapa pertemuan penting yang di adakan oleh para pimpinan negara, ketua ormas, tokoh masyarakat dan akademisi Islam ataupun lintas agama dari dalam negeri maupun luar negeri. Lantas apa yang membuat menarik nama Kang Said disebut?!

Hal inilah yang kemudian menjadi acuan penting untuk membongkar kesesatan Kang Said. Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu dibongkar soal kesesatan itu, yakni:

Yang PERTAMA, Kang Said yang jelas-jelas mengenyam pendidikan secara konvensional di negara yang menjadi sarang sekaligus lahirnya Madzhab Wahabi, begitu pulang ke Indonesia bukan mengajarkan produk extreem ajaran Wahabi, justru Kang Said malah menjadi salah satu figur pemimpin terkemuka yang dengan terang-terangan melalui semangat jihadnya menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan sekaligus mempertahankan ajaran ASWAJA.

Yang KEDUA, Kang Said menolak keras segala macam ajakan, kegiatan, pergerakan hingga perkumpulan yang hendak menggeser ideologi negara dari PANCASILA menuju KHILAFAH ISLAMIYAH. Karena baginya PANCASILA adalah final dan NKRI harga MATI.

Yang KETIGA, Kang Said tidak sependapat bahkan bersikap tegas tidak akan sepaham hingga kiyamat terhadap suatu gerakan yang dipelopori oleh tokoh mainstream, dimana mereka dengan segala cara menggunakan media dakwah Islam untuk mengklaim gerakannya paling benar, paling suci dan paling bertauhid. Hingga kerap ditemukan mereka mengadakan aksi yang tak jauh dari semacam model bar-bar, ganas dan selalu mengadopsi ayat-ayat perang untuk melakukan serangan bom bunuh diri, sama sekali tidak sesuai dengan peradaban negeri loh jinawi ini. Maka dari itu Kang Said, memunculkan platform ISLAM NUSANTARA yang memiliki ciri khas dakwah Islam yang santun, ramah dan penuh toleransi sebagaimana ciri khas dakwah para Waly Sembilan sejak berabad-abad silam.

LOH SESATNYA KANG SAID DIMANA?
Sesatnya Kang Said ada di OTAK para antek-antek yang anti PANCASILA, ada didalam jiwa para manusia yang menginginkan INDONESIA menjadi negara berideologi KHILAFAH ISLAMIYAH, ada didalam pemikir ISLAM yang terkena virus ARABISASI, ada didalam tubuh-tubuh bar-bar yang benci kepada NU dan Ulama yang NJAWANI. Jangan tanya siapa mereka? Kecuali memang perlu di instal ulang pola berpikirnya.

Maka jangan kaget, komplotan itu dengan segala cara akan menyerang habis-habisan seorang anak yang dilahirkan dan dibesarkan 65 tahun yang lalu oleh Kiyai sederhana tinggal di Cirebon, salah satu keturunan SUNAN GUNUNG JATI yang berarti juga dzuriyah RASULULLAH. Beliau adalah KETUM PBNU - KH Prof Dr Said Aqil Siradj, Kiyai yang merelakan apa saja asal NKRI tidak bubar dan PANCASILA tetap jaya sepanjang jaman, meskipun dirinya mungkin akan menjadi tumbal pertama demi keselamatan bangsa sekaligus kebenaran ajaran kaum ASWAJA.

Melek tong, MELEK!!!!
#Keisya

Sumber Grup WA : Ngaji Aswaja NU 4

Bid'ah (Bidat) di dalam sejarah Samawiyah

Rabu, 20 Juni 2018


Dalam 3 agama besar samawi yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam ada 3 sekte yang mengaku dan mendorong umat kembali ke ajaran yang Salaf atau terdahulu.

Dalam Yahudi dikenal Talmudic Traktaat, yakni gerakan Yahudi pasca pengikut nabi Amos yang terlalu keras dalam beragama (mengaku garis lurus)

_"Aku akan mengirim api ke atas Yehuda, dan itu akan memakan habis istana-istana Yerusalem: Karena Yehuda berdosa seperti bangsa-bangsa lain, mereka akan dihakimi seperti bangsa-bangsa lain, dengan api terhadap mereka dan istana-istana mereka (Amos 1: 4, 1: 7) , 1:10, 1:12, 1:14, 2: 2)_

Pengikut Amos ini yang berpandangan keras *anti bidat* ini menjadi cikal bakal pembunuh Nabi Zechariah (Zakaria) dan Nabi John (Yahya), sesaat sebelum Yesus atau Isa a.s. dinubuatkan untuk bangsa Israel. Kaum ini lebih suka membaca *Talmud* dibandingkan Torah ataupun Zabur. Setelah bangsa Israil ini mati suri pahamnya, dalam perkumpulan rahasia salah satunya Treaty of Verona adalah produk politik mereka selama lebih 1500 tahun tertindas oleh Romawi sampai Periode Othmany. Treaty of Verona yang melibatkan putri2 mereka yang bernasabkan bangsa Chazar yang menikahi Baron dari Hungary, Bvlgar, Prussia, Tchaikoslovak. Sementara di kekhalifahan Qajar dan Moghul banyak Yahudi yang menjadi Wazir Istana Kerajaan.

===

Dalam Nasrani pun juga ada sekte yang mengaku garis lurus yang mengikuti salafnya Nazarene, *anti bidat*, yang kemudian menjadi Protestant. Kitab panduan mereka adalah *Injil KJV* (King James version) yang merupakan  juga kitab Injil plat Merah jaman itu. Kitab ini di kalangan Jemaat adalah kitab yang menuntun manusia agar kembali ke agama Nasrani yang benar2 diridhoi tuhannya. Pada abad pertengahan dikenal periode Inquisisi di mana pemuka Agama melalui Kerajaan berwenang untuk menghukum rakyat yang dianggap _heretik_ atau menghukumat di mata norma agama Nasrani pada saat mereka menguasai Europa Barat, Bretagne, Allemani, Danski minus Franca & Iberia.

===

Di kalangan Islam sendiri ada Wahabi yakni kaum yang berpemahaman kembali ke Quran & Hadits tanpa berusaha mencari asbabul wurudz ataupun asbabun nuzul. Dalam kitab panduannya Kasyful Syubhat  cerminan kehidupan mereka sehari-hari. Juga adalahseperti pendahulunya mengusung jargon *anti bid'ah* yang didakwahkan kepada jemaatnya.

Yang unik, ketiga Moron ini masih berpemahaman tekstual Bumi datar, meski sebagian dari mereka sudah meninggalkannya.

WARGA NU SADARLAH, WAHABI ZAMAN NOW NYARIS BERHASIL MEMECAH KALIAN

Selasa, 12 Juni 2018




Pertama, Wahabi mangadakan gerakan dan dana super besar untuk membuat NKRI bersih dari Nahdlatul Ulama' di target 2025. Sering dawuh para Kiai sepuh, kalau mau menguasai Indonesia, kuasai dulu NU. Kalau mau memecah belah Indonesia, pecah belah dulu NU. Kalau mau menghancurkan Indonesia, hancurkan dulu NU.

Kedua, Nahdlatul Ulama' sudah cukup lambat mengantisipasi serbuan media-media online sampai media-media sosial oleh mereka. Serangan di (zaman old) media cetak sudah gencar dari tahun 1980an, serangan melalui internet sudah gencar dari tahun 1995an, dan serangan di media sosial semakin menggila sejak tahun 2010an (zaman now).

Ketiga, butuh peningkatan kajian literasi kitab kuning (ilmu-ilmu agama), kitab putih (ilmu-ilmu humaniora), dan kitab abu-abu (ilmu politik) bagi warga NU agar tidak gampang dibodohi oleh faham-faham yang "menyerang" kaum Nahdhiyyin. Karena mereka kini menyerang menggunakan gerakan Neo Cortex (Al Ghozwul Fikr), proxy dan psyco war (perang pemikiran, rekayasa psikologi dan intrik politik) dengan menggunakan sentimen agama, fanatisme Islam serta 'politik kebencian' sebagai alat untuk melemahkan warga NU.

Keempat, serangan kepada ulama'-ulama' NU khususnya para ulama' pengawal organisasi NU berupa fitnah dan hoax (berita palsu) amat gencar, sebagian diantaranya dilakukan oleh kalangan yang "mengaku" Nahdhiyyin juga. Serangan-serangan ini bertujuan untuk menghilangkan kepercayaan umat kepada ulama', kemudian mengalihkannya kepada ulama'-ulama' yang "direkomendasikan" oleh para penyerang tersebut.

Kelima, para kader Anshor Banser, elemen organisasi NU dan warga Nahdhiyyin harus ikut serta dalam "perang media sosial" tersebut, namun dengan cara bil-hikmah wal mau'idhatil hasanah. Bila mereka rajin menyebar hoax dan fitnah, jangan dilawan dengan itu juga. Tapi lawan dengan menyebarkan berita yang benar serta tabayyun jika memang diperlukan. Perbanyak share postingan yang meluruskan kesalahpahaman, tanpa menghujat dan mencaci. Ingat, NU itu merangkul, bukan memukul.

Warga NU memang harus mewaspadai gaya baru Wahabi / Wahabi Zaman Now ini. Setelah mereka gagal puluhan tahun demi me-wahabi-kan banyak kader NU di kampus-kampus Arabi Saudi, mereka juga gagal memberantas amaliyah NU dengan missil ustadz-ustadz Wahabi seperti Ustadz Firanda hingga Tengku Wisnu melalui media massa, dan menyebar web-web majhul yg penuh propaganda.

Wahabi Zaman Now ini juga telah mencoba mengemas agar doktrin mereka lebih diterima dengan baju Jawa yaitu ala MTA pimpinan Syekh Sukino namun tetap juga saja gagal, nampaknya kini ada lagi kesempatan bagi mereka untuk memecah belah warga NU dg "berselingkuh" dengan FPI.
Mungkin mereka sudah tahu bahwa hanya kaum Aswaja yang suka memuja-muja ahlul Bayt sampai 'sundul langit'. Bahkan mereka mungkin juga menganggap warga NU hanyalah kumpulan orang bodoh karena menganggab para Habaib sebagai 'sadat' (jamak dari Sayyid) yang dianggap sebagai juru selamat, yang mana semua fatwa dan ucapan mereka pasti dianut dan dianggap benar.

Hingga dengan trik-trik politik, kini Wahabi telah berhasil berfusi dengan FPI untuk memecah belah opini warga NU dengan menggunakan atribut baru yang mereka ciptakan, yah apalagi kalau bukan GNPF-MUI.

Lihatlah, nampaknya demi tegaknya kalimah Wahabi dan menyenangkan juragan mereka di Arab Saudi, kini panglima GNPF yang juga guru besar Tengku Wisnu itu kini telah berkopyah hitam dan memproklamirkan diri sebagai ulama besar dengan gelar Kyai Haji (KH). "Kami NU bukan.? Maka dengarkan juga kami" Mungkin itulah yang ingin beliau katakan.

Tetapi mereka lupa bahwa warga NU itu panutannya bukan Kyai, Habib maupun Ustadz. Tapi panutan warga NU adalah para ulama' yg mengajarkan makna kebajikan yang tidak sekedar diukur menggunakan "qola ta'ala" apalagi simbol "keAraban", tapi kebaikan sosial yang tentunya sesuai tradisi adat lokal mereka di Nusantara serta sejalan dengan ajaran Sunnah Nabi serta uswah akhlaqul karimah Rosulillah SAW.

Para ulama' setiap hari membimbing dengan fatwa-fatwa yang menyejukkan di kampung-kampung atau pesantren-pesantren serta uswah keteladanan yang mendamaikan tanpa mengobral dalil dan simbol-simbol agama secara vulgar, bukan juga fatwa yang penuh dengan sensasi atau orasi yang menggugah emosi seakan akan kita sedang berperang.

Para ulama' lebih mengutamakan ilmu dan moral sebagai pegangan dari pada atribut kenabian dan semangat keIslaman yang kadang dipenuhi kepentingan dan kemunafikan.
Karena NU adalah Nahdlatul Ulama', yaitu sebuah organisasi sebagai wadah para ulama' dalam upaya untuk membangkitkan umat dari carut marut dunia yang penuh permainan melalui kekuatan ilmu dan moral, apapun atribut sosial pada mereka yang masyarakat berikan.

Sumber reediting : www.hwmi.or.id

Mengapa Saya Perlu Fanatik pada NU

Rabu, 07 Februari 2018




*HARLAH NU KE 92*

Orang boleh bilang, NU hanya organisasi, kenapa harus Fanatik NU?

Boleh saja orang bilang begitu, jika dia tidak sadar sejarah, tidak sadar  khazanah keilmuan Islam di Nusantara, jika tidak tahu kearifan muslim Nusantara, jika tidak memahami "partarungan" yg nyaris merobohkan Indonesia...

*Pertama Sejarah:*

*A*

Pada tahun 1924-1925 keluarga Saud menaklukkan Hijaz. Mereka melarang selain mazhab Hambali berlaku di Makah dan Madinah. Ini terjadi intoleransi  yg akut.
Komite Hijaz (cikal bakal NU) meminta raja Saud agar mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi'i dibolehkan di Haromain.

Dalam rangka "pemurnian Islam" wahabi membongkar situs-situs Islam, seperti makam para Sohabat, para wali. Bahkan kubah makam Rasululloh SAW pun hendak mereka bongkar, namun tidak jadi karena perjuangan NU.

*B*

Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari mobilitas masa yg menjadi milisi dan pejuang kemerdekaan, oleh kiyai kiyai Pesantren NU.
Sudah jadi rahasia umum: *Siapa penggerak resolusi jihad yg menimbulkan perang akbar melawan sekutu di Surabaya 10 November?* Bung Tomo itu santri NU.

*C*

Pada tahun 1960 Bung Karno mengakomodasi PKI dalam politik NASAKOM  (Nasionalisme, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili PNI, Komunis diwakili PKI dan agama diwakili NU.
Semua organisasi agama saat itu tidak mau gabung Nasakom. Alasannya: Politik sesat dan membahayakan.
NU tahu itu. Tapi kalau dibiarkan komunis menempel bung Karno, siapa yg akan menghalangi dan meminimalisir??

Maka NU walau pun waktu itu KH Syaekhu *difitnah penjilat pantat Soekarno.* Terus menempel Soekarno. Alasannya sangat ushuli:

ارتكاب أخف الضررين
"Memilih kemadaratan yg minim dari dua madarat."

Ternyata cukup berhasil.

*D*

Di era ORBA, NU awalnya bernafas lega bisa join dg regim Soeharto, setelah bersama ABRI menghabisi PKI. Tapi ternyata pahit. Soeharto banyak menghabisi NU. Mencurigai NU yg jadi lumbung partai PPP, dan anti GOLKAR partai pemerintah. Banyak muballig NU yg ditangkap karena kritis pada pemerintah.
Baru pada tahu 90-an Soeharto mendekati NU karena ditinggalkan Amerika, paska bubarnya Uni Sovyet.
Dan di awal tahun 80-an saat deparpolisasi, NU lah yg pertama menerima asas tunggal PANCASILA.

*E*

Ketika reformasi bergulir, Indonesia oleh Barat nyaris dikatakan *bubar.* Kepemimpinan BJ Habibi membuat desintegrasi; lepasnya Timor Leste.

Gus Dur jadi presiden dg jurus jurus "dewa mabuk" sulit dipahami rakyat. Tapi ia menyelamatkan Indonesia tetap menjadi Indonesia. Sekarang terasa ketika Gus Dur tiada: Syi'ah sulit dikendalikan, radikalisme merangkak membengkak, kristenisasi semakin marak. Gus Dur menghentikan syi'ah dengan kata-kata: "Syi'ah itu NU plus imamah, NU itu syi'ah minus imamah". (hingga orang syi'ah tertipu dg tdk mau dakwah syi'ah). Kristenisasi dibendung dg tipuan Gus Dur: semua agama benar (para misionaris kendur dlm misi kristenisasinya). Itulah Gus Dur...

*Era Jokowi*

Radikalisme mengancam NKRI semakin terasa dan memfakta. Pemerintah berlindung kepada NU. Dan NU kembali dirasakan kehadirannya.

*Hari Ini*

Hari ini berbondong bondong dari berbagai negara datang: ingin belajar berislam alaa NU. Karena Islam di Timur Tengah rentan dengan konflik. Gampang *dibikin jadi pemberontak terhadap pemerintahnya yg sah* contoh: Suriah, Irah, Libya, Yaman, dan yg "hanet hanet jahe" di Saudi, Mesir dll...
Pulang: mereka mendirikan NU. Sudah lebih 46 cabang NU di luar negeri. Bahkan Singapura pun datang bertanya menelisik ttg Islam alaa NU.

*Khazanah Keilmuan NU*

Di manakah pusat NU?
Di semua Pesantren NU!!!
Di sana diajarkan kitab-kitab keislaman berstandar Sunni Internasional:
Jurumiyah, Kailani, Alfiyah, Jauhar Maknun, Mugni Labib, Sulam Munauroq. Waroqot, Jam'ul Jawami. Ihya Ulumidin, Hikam, Jalalain dll sudah jadi khas kitab kitab Pesantren NU.
*Dan kitab-kitab tersebut jadi pegangan pula di Universitas al Azhar Mesir.*
Oleh karena itu, maka ketika mutamar NU, datanglah mbah mbah ulama Timur Tengah: Syeikh Wahbah Zuhaili imam Nawawinya jaman now pun datang, dan juga syeikh syiekh lainnya.
Apa Anda meragukan keilmuan orang NU dalam keilmuan Islam??? Cari ormas selain NU di Indonesia yg mengajarkan dan cakap baca kitab *Jam'ul Jawami imam Subki?*

Kiyai-kiyai kita pada cakap ilmu ilmu nahwu, sorof, balaghoh, ushul fiqih, mantiq, fiqih dan tafsir: ilmu syari'at. Lalu mereka mengamalkan dengan ilmu hakikat, thoriqoh, ilmu tasawwuf... Mereka orang NU. Dan saya sadar jika harus mempertahankan dan membela NU...

NU adalah perahu besar. Kata santri Jombang: KH Hasyim Asy'ari sebelum mendirikan NU, solat istikhoroh 3 tahun!!!

🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Ulama adalah pewaris para Nabi, kami mengikutimu, mendoakanmu dan di belakangmu!!

*NU Untuk Indonesia*

Sumber : Grup WA "Ngaji Aswaja NU 4"

Testimoni mantan kader PKS (Arbania Fitriani): Perlunya warga NU tahu sejatinya Partai ini

Minggu, 04 Februari 2018




Testimoni ini ditulis oleh seorang mantan kader PKS dari UI bernama Arbania Fitriani sebagai “note” pribadi di facebook. Testimoni ini, diposting di berbagai situs internet, di dalam face book Ulil.  Kami tidak setuju dengan Islam liberal, tetapi narasi ini penting dan tidak harus menutupi kebenaran. Majlis para masyayikh merasa penting untuk menampilkan testimoni ini, terlepas benar atau tidak. Tetapi paling tidak, dapat menjadi bahan pertimbangan lain agar orang-orang NU bisa membuka mata lebar-lebar tentang PKS, sebagaimana dituturkan oleh mantan orang dalamnya.

***

Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di Indonesia. Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.

Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta jargon sebagai partai bersih. Sayangnya, banyak masyarakat dan orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.

Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.

Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari ‘am sirriyah sampai ke ‘am jahriyah. Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS masih bernama PK sampai kemudian menjadi PKS.

Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran, yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro’ah (MS), lingkaran ke dua yakni majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), dan lembaga kerohanian islam. Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas, sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur seperti yang telah saya terangkan.

Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerak an politik dalam negeri atas nama mahasiswa baik itu yang berwujud demonstrasi ataupun pergerakan lainnya. Sistem pergerakan, pengkaderan, dan struktur lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi di tingkat nasional.

Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah mahasiswa yang memang sudah di kader sejak SMU. Tapi tidak banyak juga yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader pada saat kuliah. Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS yang baru di kader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai mas’ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk berdiskusi dengan mas’ulah tingkat universitas. Dari sini juga saya akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.

Dalam MS dan MB memiliki mas’ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan mas’ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas’ul (ah) ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas’ul(ah) yang membawahi sayap-sayap dakwah yakni sayap tarbiyah (mengurusi pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar islam khususnya dalam lembaga kerohanian formal dan menjaring kader baru), dan sayap sosial & politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus yakni BEM dan MPM).

Di lingkaran ke dua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah yang sudah di kader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah tink-tank dari seluruh kegiatan yang terjadi di kampus. Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat ijin dari MS dan memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat oleh MS.

Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah seorang menjadi kader yang militant? Jalan pertama adalah menguasai Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai maka akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan mahasiswa baru.

Saat orientasi Mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk kelompok kecil (halaqah) dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini akan berkumpul 1 minggu sekali. Dari sinilah biasanya akan terjaring orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwah militan, bahkan orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.

Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari HTI). Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah “nahnu du’at qobla kulli sya’I” dan “sami’na wa ata’na”. Dua doktrin inilah yang membuat kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan. Setiap instruksi yang diberikan dari mas’ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami akan kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya. Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos kuliah, dll.

Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dulu saya merasa kasihan dengan mereka, karena yang saya tahu – diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih atau tausiyah (semacam kultum) – bahwa dalam jalan dakwah ini selalu akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah, mereka adalah orang-orang futur (berbalik ke belakang).

Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota “basah” (barisan sakit hati). Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari ADK padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi dosen atau karyawan tetap di kampus).

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk keluar, antara lain:

1. Adanya ekslusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang diluar ADK. Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka adalah adalah orang ’amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo’at (semacam halaqah tapi lebih khusus lagi) dan orang ’amah adalah orang yang belum mengenal tarbiyah.

Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan ’amah karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi future, bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah. Istilah khos dan a’amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidaknmanusiawi dalam menghadapi teman saya yang ’amah.

Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad’u (objek dakwah) saya. Jika saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami apalagi bisa menjadi ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar. Saya merasa menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK adalah sahabat saya. Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.

2. Dalam liqo’at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang membuat saya tidak sreg, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan liqo’at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya. Bahkan saya pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo’at, mski orang tua saya sakit dan harus menjaganya, maka saya harus tetap datang liqo (entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang kurang manusiawi ini).

Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya, padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya, masih banyak sekali kebenaran di luar sana. Bahkan buku bacaan pun diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah wawasan keislaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat islam namun oleh murabbi saya dilarang. Untuk hal ini saya membangkang karena seandainya islam itu memang benar rahmatan lil alamin maka ilmunya pun pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di PKS semata.

Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun dauroh-dauroh (training) saya merasa lebih banyak diajarkan tentang kebencian terhadap agama atau aliran lain seperti bagaimana kejamnya kaum nashoro (nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, yahudi yang membantai saudara kami di Palestina, JIL yang memusuhi kami, NII yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst. Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah orang-orang yahudi dan nashoro.

Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk mujahid-mujahid di Palestina dan Afganistan (kadang saya berpikir kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita). Sejujurnya saya lebih tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azabNya.

Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat Allah SWT lebih cepat dari murkaNya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya dapat menghapus kemarahanNya terhadap umat manusia. Inilah sebabnya mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian.

3. Semua ganjalan-ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan, juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang se-level saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.

Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi. Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung pada saat menjadi ADK seperti upaya kami untuk menghalang-halangi acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD). Saya ingat dulu, karena saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan bisa melemahkan iman saya seringkali membolos kalau ada latihan menari sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.

Kembali kepada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari Kerajaan Saudi tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa mencapai indonesia mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2050 dan melalui jamaah haji.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan jika seluruh umat muslim di timur tengah disatukan, umat muslim Indonesia masih jauh lebih banyak. Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, maka Arab Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah melalui invasi kebudayaan.

Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.

Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid’ah, maka saat itulah NKRI akan bubar. Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non muslim atau yang masih memegang budaya lokal di indonesia akan meminta merdeka. Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah belah dan pada saat itulah orang-orang ini akan bagi-bagi “kue”.

Peta rencanaya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam akan dikuasai oleh Arab. Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerha yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh Cina.

Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang memahaminya. Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Sehingga berbagai produk kebijakan seperti Perda Syariat, UU APP, dll. yang rata-rata hanya sekedar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai keberhasilan Islam. Masyarakat kita lupa bahwa sampai saat ini PKS belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi, trafficking, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita ketimbang sekedar mengatur cara orang dewasa berpakaian dan berperilaku.

Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman saya ini adalah black campaign. Renungkan dengan hati nurani yang dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.

Saya tahu resiko apa yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya hadapi. Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim, karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara. Rasa cinta saya bagi negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya. Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan melindunginya.

Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian. Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu umat manusia, anak cucu Adam. Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut “sa-udara”.Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan para jamaah “fesbukiyah” dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan nusantara. Wallahu A’lam Bis-Shawab Wallahul Musta’an.*** (Arbania Fitriani)

Bendera BANSER (Barisan Serba Guna Gerakan Pemuda Ansor NU) Mendunia

Minggu, 03 Juli 2016





Bendera BANSER (Barisan Serba Guna Gerakan Pemuda Ansor NU) Berkibar di Forum Konferensi Ilmuwan Antar Bangsa Jepang, ‎Bendera Barisan Serba Guna Gerakan Pemuda Ansor NU atau lebih disingkat BANSER berkibar di tengah-tengah penyelenggaraan Forum "International Conference on Asian Studies" di International Christian University (ICU) of Tokyo, yang digelar Sabtu-Ahad 2-3 Juli 2016.‎ ‎ 

Bendera banser dikibarkan bersama oleh Hasyim Asy'ari, Ph.D. (Diponegoro University, Indonesia, yang juga Kasatkorwil Banser Jawa Tengah); Prof. Joseph M. Fernando, Ph.D. (University of Malaya, Malaysia); Prof. Tsuboi Yuji, Ph.D. (Tokyo University for Foreign Studies, Japan); dan Saimin Ginsari, Ph.D. (University of Malaya, Malaysia), hari ini Sabtu 2 Juli 2016.‎ ‎ ‎Konferensi internasional ini telah diikuti oleh 234 pembicara dan terbagi ke dalam 47 sesi selama dua hari. Pembicara dalam forum ini berasal dari kampus-kampus terkemuka di berbagai belahan benua, yang memiliki konsentrasi kajian tentang isu-isu strategis seputar kawasan Asia (Asian Studies). ‎ ‎''Ketika kami Nahdlatul Ulama' atau NU memiliki organisasi kepemudaan Ansor Banser para ilmuwan dari berbagai negara sangat antusias mendengarkan. Mengapresiasi bahwa keberadaan keorganisasikepemudaan ini memiliki visi kemanusiaan dan menciptakan perdamaian dunia ,''kata Hasyim As'ari.   ‎ ‎Dikatakannya, sebagian besar bahwa mereka sudah kenal NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. Namun baru kali ini mereka mengetahui bahwa NU memiliki organisasi kepemudaan yang bergerak di bidang relawan kemanusiaan, yaitu Banser (Barisan Serba Guna GP Ansor). ‎ Hasyim akan tampil dalam seminar tersebut, pada Ahad (3/6) mempresentasikan makalah "Constitutional Change and Redesigning the State: ‎Towards Strengthening the Presidential System in Indonesia" dalam‎ panel "Constitutionalism in Asia".‎ ''Semoga tambah berkah dan semakin mendunia Ansor Banser dan NU mampu didialogkan di forum-forum ilmuan antar bangsa, ''tambahnya.(Sholahuddin al-Ahmed).

Re-Copyright @ 2015 Media Share Aswaja. Re-Designed by AvD from AvD | AvD Brawijaya