Keutuhan Jasad Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki Membuat Sejumlah Orang Salafi-Wahabi Bertobat

Kamis, 28 Mei 2015




*************
Setahun pasca wafatnya Alm abuya as Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al Hasani al Maliki, beliau wafat pada hari jumat 15 Ramadhan.1425H/ 29 Oktober 2004.M



Seperti kebiasaan di maqbara ma'laa Makkah arab saudi, jika jenazah sudah hancur maka akan dipindahkan ke tempat lain agar area lama itu dimasukkan jenazah yang baru.



Kemudian orang orang yg bertugas menggali makam itu (pihak berkuasa) melakukan penggalian makam Abuya, awalnya mereka berharap agar apa yang mereka temukan pasca 1tahun jenazah beliau sudah hancur,



Tapi ternyata tidak, JENAZAH Alm abuya as Sayyid Muhammad bin Alawi masih UTUH Tidak hancur, bahkan didalam makam beliau ada Bau yang sangat harum.



Dua tahun kemudian, mereka (pihak berkuasa) menggali kembali makam bliau "Alm as Sayyid Muhammad bin Alawi" Namun jenazah beliau pun juga masih utuh, Tidak hancur, bahkan RAMBUT dan KUKU beliau terlihat tumbuh panjang.



Lima tahun kemudian, Maka dilakukan hal yang sama, dan ternyata JENAZAH beliau juga tetap MASIH UTUH, tidak hancur, bahkan di dalam makam beliau TERCIUM AROMA WANGI YANG WANGINYA MELEBIHI WANGINYA KAYU GAHRU



"Subhanallah"



---------------------------
Kejadian ini sudah mentaubatkan orang-orang tetangga sebelah 'Salafi Wahhabi' yang menurut mereka, bahwa beliau "Abuya sayyid muhammad" adalah tokoh yang menganjurkan kesyirikan dan bid'ah. Nauudzu billah.



Sumber: Al Habib Segaaf bin Hasan Baharun. Bangil pasuruan.



*****************
Ket Foto. Dari kiri.
✔1. Alm Abuya as Sayyid Muhammad bin Alawi bin abbas al Maliki al Hasani.



✔2. Al Habib Umar bin Hafidz BSA (yaman)



✔3. Al Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri (yaman)

Golongan ASWAJA.?






Semua umat Islam mengaku AHLISUNNAH WAL JAMAAH (ASWAJA) namun jika TIDAK BERTAUHID maka tetap saja berada DILUAR BENTENG ALLAH SWT dan di jamin masuk NERAKA.


Maka, jadilah umat Islam yang BERTAUHID agar berada di dalam BENTENG ALLAH SWT walaupun anda seorang WAHABI, SYIAH, AHMADIYAH, HTI, IHWANUL MUSLIMIN , FPI, MUJAHIDIN INDONESIA, LDII, ISIS, TALIBAN, dan lain - lain.


Hadist Qudsi, dari Ali Bin Abhi Thalib Ra. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Allah telah berfirman :


"esungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan yang selain Aku. Barangsiapa BERTAUHID kepada-Ku niscaya masuklah ia ke dalam benteng-Ku. Dan barangsiapa masuk benteng-Ku niscaya terselamatlah dia dari siksa-Ku" .[ HR. Syirazi ]


"HANYA ALLAH SWT SAJA YANG TAHU SIAPA - SIAPA DIANTARA HAMBANYA YANG BERTAUHID KEPADANYA"

Kacamata Hati




1— Ada seorang wanita naik taksi dan duduk di samping pak supir taksi, padahal kursi belakangnya kosong.


— Itu mungkin istri pak supir taksi.



2— Ada seorang laki-laki berjenggot panjang lewat di depan masjid saat orang-orang sedang sholat. Tapi ia lewat saja tidak masuk masjid ikut sholat.



— Ia mungkin sudah sholat di masjid lain yang langsung iqomah setelah adzan.



3— Saat naik kereta api, ada seseorang duduk disamping anda. Kemudian anda memberi salam, tapi ia tidak menjawab salam anda.



— Mungkin saja ia tidak mendengar salam anda.



Seringkali, kita hanya melihat peristiwa yang ada dihadapan kita melalui satu bagian yang nampak oleh mata kita saja. Andaikan kita berusaha membayangkan bagian lain dengan kacamata positif, niscaya akan ada banyak orang yang selamat dari kezhaliman kita.



Biasakanlah berfikir positif tentang orang lain, hati kita akan nyaman dan orang lain pun aman.



Seorang sholeh berkata: 



"Andaikan aku bertemu dengan seseorang, dan dari jenggotnya menetes sisa khamar, niscaya aku akan berkata: pasti ia diguyur oleh orang-orang jahat dengan khamar".



"Andaikan di atas sebuah bukit ada seseorang berkata: 'Akulah tuhan kalian yang maha tinggi', niscaya aku akan berkata: pasti ia sedang membaca ayat al-Qur`an tentang ucapan Fir'aun".



Betapa sulit bagi seseorang untuk mengetahui niatnya sendiri, lalu kenapa ia malah sibuk menilai niat orang lain?



Perlakukanlah sahabat-sahabat anda dengan penuh maaf dan melihatnya dari kacamata positif atas keburukan dan kekurangannya.



Berusahalah memberikannya sejuta alasan baik untuk segala kekurangannya. Dan jika anda tidak menemukan alasan itu, katakanlah: "Pasti ia mempunyai alasan baik yang belum aku ketahui".
____________




ﻓﺘﺎﺓ ﺗﺮﻛﺐ ﺟﺎﻧﺐ ﺳﺎﺋﻖ ﺍﻟﺘﺎﻛﺴﻲ ، ﻭﺍﻟﻤﻘﺎﻋﺪ ﺍﻟﺨﻠﻔﻴﺔ ﻓﺎﺭﻏﺔ !! 
— ﺃﻧﻬﺎ ﺯﻭﺟﺔ ﺳﺎﺋﻖ ﺍﻟﺘﺎﻛﺴﻲ ..



ﺭﺟﻞ ﺑﻠﺤﻴﺔ ﻃﻮﻳﻠﺔ ﻳﻤﺮ ﻣﻦ ﺃﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ، ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﺼﻠﻮﻥ ، ﻓﻴﻤﻀﻲ ﺩﻭﻥ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﻟﻠﺼﻼﺓ !!
— ﻟﻘﺪ ﺻﻠﻰ ﻓﻲ ﻣﺴﺠﺪ ﺁﺧﺮ ﺗﻘﺎﻡ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻣﺒﺎﺷﺮﺓ ﺑﻌﺪ ﺍﻷﺫﺍﻥ ..



ﺭجل ﺟﻠﺴﺖ ﺑﺠﺎﻧﺒﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻄﺎﺭ ، ﺃﻟﻘﻴﺖ ﺍﻟﺘﺤﻴﺔ ﻓﻠﻢ ﻳﺮﺩ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﺴﻼﻡ !!
— ﺑﺒﺴﺎﻃﺔ ، ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻌﻚ



ﻓﻲ ﺃﻏﻠﺐ ﺍﻷﺣﻴﺎﻥ ﺃﻧﺖ ﻻ ﺗﺮﻯ ﺳﻮﻯ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻮﺭﺓ، ﻓﺘﺨﻴﻞ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻵﺧﺮ ﺑﺸﻜﻞ ﺇﻳﺠﺎﺑﻲ ﻟﻜﻲ ﻻ ﺗﻈﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻻ ﺗﺒﺨﺴﻬﻢ ﺣﻘﻮﻗﻬﻢ، ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﺎﻵﺧﺮﻳﻦ ﻛﻲ ﺗﺮﻳﺢ ﻭﺗﺴﺘﺮﻳﺢ ..



ﻗﺎﻝ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ: ﻟﻮ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺣﺪ ﺇﺧﻮﺍﻧﻲ ﻭﻟﺤﻴﺘﻪ ﺗﻘﻄﺮ ﺧﻤﺮﺍ ﻟﻘﻠﺖ ﺭﺑﻤﺎ ﺳﻜﺒﺖ ﻋﻠﻴﻪ. 



ﻭﻟﻮ ﻭﺟﺪﺗﻪ ﻭﺍقفا ﻋﻠﻰ ﺟﺒﻞ ﻭﻗﺎﻝ: ﺃﻧﺎ ﺭﺑﻜﻢ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻟﻘﻠﺖ ﺃﻧﻪ ﻳﻘﺮﺃ ﺍﻵية..



ﻳﻘﻮﻝ ﺍﺣﺪ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ : ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺇﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﺼﻌﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻧﻴﺘﻪ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻪ ، ﻓﻜﻴﻒ ﻳﺘﺴﻠﻂ ﻋﻠﻰ ﻧﻴﺎﺕ ﺍﻟﺨﻠﻖ ..



ﻭﺃﻟﺘﻤﺴﻮ ﻹﺧﻮﺍﻧﻜﻢ ﺃﻋﺬﺍﺭﺍ ﻭﺃﺣﺴﻨﻮﺍ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﺎﻵﺧﺮﻳﻦ ، ﻭﻗﻮﻟﻮﺍ ﺩﻭﻣﺎ : ﻟﻌﻞ ﻟﻪ ﻋﺬﺭﺍ ﻟﻢ نعرفه


JANGAN TINGGALKAN DZIKIR SETELAH SHOLAT






Barangsiapa sesudah shalat (fardhu) mengucapkan zikir;
"Subhanallah" (Maha Suci Allah) 33 kali dan
"Alhamdulillah" (Segala puji bagi Allah) 33 kali dan
"Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) 33 kali
lalu digenapkan yang keseratusnya dengan (membaca):
"Laailaaha illallah wahdahu la syariika lahu, lahulmulku walahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in Qodir"
(Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa),
maka akan terampuni dosa-dosanya (walaupun) sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim)



Subhanallah...
Semoga yang mengucapkan Aamiin di kolom komentar menjadi penegak islam, peyiar dakwah, ilmunya berlimpah, dapat memberikan pengajaran bagi penerus islam, menjadi penerus para Nabi dan Rasul, dan ketika wafatnya bisa mengucapkan kalimat dua syahadat, jasadnya harum menyengat, dan di akhirat masuk surga firdaus tanpa hisab bersama para Nabi dan Rasul. Aamiin

Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=782917988472656&id=650435365054253&refid=7&_ft_=qid.6151354313890777686%3Amf_story_key.-7954060333621048240&__tn__=%2As

FPI DAN NU MENOLAK KERAS WAHABI,SYIAH DAN LIBERAL





Tabligh Akbar dalamRangka Haul KH Ishaq Yahya & Israa' Mi'raj 1436H bersama:

1. Al Habib Muhammad Rizieq Syihab (Imam FPI)
2. KH Hasyim Muzadi (PBNU)

Pada : Jum'at Malam Sabtu :15 Mei 2015 /26 Rajab 1436
Waktu : Shalat Maghrib Berjamaah
Bertempat di : Masjid Al Awwabin (Pesantren Miftahul Ulum)
JL H Nawi 2/JL Madrasah Gandaria Selatan Cilandak Jakarta Selatan.

Acara ini sangat dibenci oleh kalangan Liberal. Sebab Selama ini Oknum liberal dalam tubuh NU selalu berusaha mengadu domba NU dengan FPI. Habib Rizieq menyatakan "NU bukan siapa siapanya FPI, NU adalah Orang tuanya FPI. NU amar Ma'rufnya dan FPI Nahi Munkarnya. NU dan FPI sama sama bermadhzab aqidah Asy'ariyah dan bermadzhab Fiqih Imam Syafi'i"

Dalam Tabligh Akbar ini Habib Rizieq diundang oleh Keluarga Besar Nahdlatul Ulama untuk menyampaikan Mauidhoh Hasanahnya. 
Ribuan Jamaah sangat antusias menyambut kedatangan Habib Rizieq. Terlihat Banser NU pun ikut mensukseskan Acara ini dengan Mengkawal Imam Besar FPI Habib Rizieq.

Ini Membuktikan Bahwa NU dan FPI bersatu dan tidak bisa dipecah belah. Pada inti ceramahnya, Habib Rizieq mendorong NU untuk memperkuat diri sebagai Rumah Besar Ahlussunah Wal Jama'ah untuk menghadapi 1001 Missionaris Madzhab Syi'ah, Wahabi, dan Liberal.

1001 Pelajar Indonesia sejak tahun 80-an diberikan beasiswa kuliah di Arab Saudi, namun ketika pulang membawa misi me-WAHABI-kan Ahlussunnah di Indonesia.

1001 Pelajar Indonesia sejak tahun 80-an diberikan beasiswa kuliah di Iran, namun ketika pulang mereka membawa misi Men-SYIAH-kan Ahlussunnah di Indonesia.

1001 Pelajar Indonesia sejak tahun 80-an diberikan beasiswa untuk kuliah Islam di Amerika, mereka belajar Islam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Ketika pulang, mereka membawa misi Me-LIBERAL-kan Ahlussunnah di Indonesia.

"Pertanyaanya, apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi 1001 doktor lulusan Wahabi, Syi'ah, dan Liberal ?

Tidak mungkin kita menghadapi mereka dengan Pentungan, Otot, Fisik, bakar-bakaran, bunuh-bunuhan. Hujjah harus dilawan dengan Hujjah, Ilmu harus dilawan dengan ilmu, Argumentasi lawan dengan Argumentasi. Mereka tidak berani melawan kita dengan otot. Kalau mereka nantang dengan otot, biarkan Laskar FPI yang ngadepin. Banser istirahat dulu karena Tahun 1965 Banser cape perang melulu sama PKI, jadi gantian. 
Biarin FPI yang gebug liberal, gebug aliran-aliran sesat, Setuju ?" Serempak Jama'ah NU yang hadir mengatakan. 
"SETUJUU!!!"


Pidato Bung Karno Dengan Ayat Al-Qur,an






BUNG KARNO DI DEPAN SIDANG UMUM PBB ke XV, NEW YORK Dialah satu-satunya Pemimpin Negara yang mengutip Ayat AL QUR'AN.

Pada tanggal 30 September 1960, Bung Karno berpidato di Sidang Umum PBB ke XV, New York, AS. Di depan Majelis Umum (General Assembly) PBB, beliau melontarkan tema "To Build the World Anew" (Membangun Tatanan Dunia Baru) yang membuatnya menjadi sangat terkenal, karena setelah pidatonya tersebut, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Islam Asia-Afrika. Penobatan itu dilakukan pada pertemuan para pemimpin negara-negara Asia Afrika di Kairo Mesir, yang kemudian melahirkan Gerakan Non Blok, tahun 1961. Begitu fenomenalnya sosok Bung Karno, sehingga ia menjadi mercu suar, bukan saja bagi bangsanya, tetapi bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Yang menakjubkan dalam pidato Bung Karno, ternyata beliau satu-satunya pemimpin negara peserta Sidang yang mengutip Q.S. al-Hujuraat 49:13.
Padahal sebelumnya sempat pula berpidato pemimpin-pemimpin negara Islam termasuk Saudi Arabia tidak ada yang mengutip ayat suci al-Qur'an dalam pidato-pidatonya.
dan berikut CUPLIKAN TRANSLASI PIDATONYA:



Hari ini, dalam mengucapkan pidato kepada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya merasa tertekan oleh suatu rasa tanggung-jawab yang besar. Saya merasa rendah hati berbicara dihadapan rapat agung daripada negarawan - negarawan yang bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari selatan, dari bangsa-bangsa tua dan dari bangsa - bangsa muda dan dari bangsa - bangsa yang baru bangkit kembali dari tidur yang lama.


Saya telah memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdo'a agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang mendengarnya.
Saya merasa gembira sekali dapat mengucapkan selamat kepada Tuan Ketua atas pengangkatannya dalam jabatannya yang tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa gembira sekali untuk menyampaikan atas nama bangsa saya ucapkan selamat datang yang sangat mesra kepada Ke - 16 Anggota baru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur'an berkata: "Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaku".



SOEKARNO DI DEPAN SIDANG KONGRES AMERIKA SERIKAT : "NASIONALISME BUKAN CHAUVINISME"


Saya dengan hati-hati menggunakan perkataan "nasionalisme". Karena saya tahu bahwa dibanyak negeri dan di banyak daerah nasionalisme merupakan doktrine politik yang sudah tidak laku lagi.
Tetapi haraplah diingat Tuan ketua, bahwa bagi kami di Asia Afrika. nasionalisme adalah semangat yang muda dan progressief.
Kami tidak menyamakan nasionalisme dengan chauvinisme dan kami tidak memberi arti kepada nasionalisme, bahwa bangsa kami lebih tinggi dari pada bangsa-bangsa lain. Tidak.
Bagi kami nasionalisme berarti membangun kembali bangsa-bangsa kami, nasionalisme berarti usaha untuk memberi kedudukan yang sama pada bangsa kami; ia berarti hasrat untuk memegang hari kemudian di tangan kami sendiri.



NB : Soekarno dihadapan Kongres Amerika Serikat, 17 Mei 1956

Ada seorang remaja bertanya kepada kakeknya:





“Kakek, apa gunanya aku membaca Al qur’an, sementara aku tidak mengerti arti dan maksud dari Al qur’an yang kubaca “.
Lalu si kakek menjawabnya dengan tenang:
“Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku dengan sekeranjang air. “
Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tapi semua air yang dibawanya habis …sebelum ia sampai di rumah.
Kakeknya berkata :
“Kamu harus berusaha lebih cepat “
Kakek meminta cucunya kembali ke sungai. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong (tanpa air) sebelum sampai di rumah.
Dia berkata kepada kakeknya:
“tidak mungkin bisa membawa sekeranjang air. Aku ingin menggantinya dengan ember “
“Aku ingin sekeranjang air, bukan dengan ember “ Jawab kakek:
Si anak kembali mencoba, dan berlari lebih cepat lagi. Namun tetap gagal juga. Air tetap habis sebelum ia sampai di rumah. Keranjang itu tetap kosong.
“Kakek…ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja. Air pasti akan habis di jalan sebelum sampai di rumah “
Kakek menjawab:
“Mengapa kamu berpikir ini tidak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik apa yang terjadi dengan keranjang itu “
Anak itu memperhatikan keranjangnya, dan ia baru menyadari bahwa keranjangnya yang tadinya kotor berubah menjadi sebuah keranjang yang BERSIH, luar dan dalam.
“Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Al Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti sama sekali. Tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu sadari kamu akan berubah, luar dan dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupanmu..
Subhanallah..Tidak ada yang sia-sia ketika kita membaca Al Qur’an.
Mari kita lebih sering lagi membacanya.
Meski tanpa tahu artinya, namun tetap berusaha untuk memahami artinya yah..



“ALLAHUMMA Ya Allah rahmatilah hidup kami dg Alqur'an, dan jadikanlah Alqur'an itu imam, cahaya, hidayah dan rahmat untuk kami dan keluarga kami..Aamiin”



Subhanallah...
Semoga yang "like" dan "bagikan" tausiyah ini semua dosanya diampuni Allah, diangkat derajatnya, dikabulkan segala hajatnya dan mendapatkan pasangan yang sakinah serta anak yang sholeh/sholeha hingga bisa masuk surga melalui pintu mana saja yang dikehendaki. Aamiin ya Rabbal'alamiin

Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Athalallahu 'umrahu fis sihhati wal 'aafiyah


Meskipun tergolong MASIH MUDA dibandingkan para ulama sepuh yang sudah mumpuni di bidangnya, beliau melahirkan para penyeru dakwah yang menyebar ke seluruh dunia.

Selamat Hari Lahir ke- 52 untuk beliau Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Athalallahu 'umrahu fis sihhati wal 'aafiyah.

Semoga selalu diberi keberkahan oleh Allah Subhanahuwata'ala... 

Amiin...

27 Mei 1963 - 27 Mei 2015


5 Minuman Herbal Untuk Mengobati Nyeri Perut




Nyeri perut adalah keluhan yang sering kita hadapi setiap hari. Keluhan tersebut bisa diatasi dengan mengonsumsi minuman herbal yang terbuat dari rempah-rempah atau bahan alami lainnya. Berikut kami sajikan lima minuman herbal untuk obat nyeri perut, seperti dilansir Boldsky.

1. Teh Jahe
Siapkan secangkir teh hitam. Kemudian tambahkan satu ruas jahe segar. Biarkan selama 5 menit. Angkat jahe dan minum teh untuk menenangkan nyeri perut yang Anda rasakan.

2. Teh Kayu Manis
Kayu manis adalah salah satu rempah yang bisa digunakan untuk menyembuhkan segala penyakit. Teh kayu manis adalah minuman herbal terbaik yang bisa dipakai sebagai obat alami untuk menyingkirkan rasa nyeri di perut. Minum teh kayu manis saat perut kosong untuk mengatasi masalah nyeri perut.

3. Cuka Sari Apel
Cuka sari apel dapat membantu menyembuhkan peradangan dan membunuh bakteri jahat di perut. Oleh karena itu, minuman herbal ini juga bisa membantu menyingkirkan rasa nyeri di perut. Tambahkan satu sendok makan cuka sari apel ke dalam setengah gelas air hangat. 

4. Jus Daun Mint
Jus daun mint bisa membantu Anda untuk menyingkirkan masalah nyeri perut. Daun mint bisa mengurangi peradangan dan melawan infeksi. Anda juga bisa membuat teh mint untuk mengatasi nyeri di perut.

5. Jeruk Nipis 
Campur 2 sendok teh air jeruk nipis dalam 50 ml air hangat dan tambahkan sedikit garam. Minum setidaknya tiga kali sehari untuk meredakan sakit perut.

Inilah lima minuman herbal untuk obat nyeri perut. Semoga bermanfaat!

Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=819977748087786&id=158812410870993&refid=7&_ft_=qid.6150924409378322921%3Amf_story_key.-5792555432772456582&__tn__=%2As

CALON PENGHUNI SURGA

Selasa, 26 Mei 2015




Suatu ketika para sahabat duduk bersama Nabi di depan sebuah masjid. Sedang asyik bercengkrama sambil bercakap-cakap, Nabi tiba-tiba berkata,”Yang akan lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para sahabat penasaran siapa gerangan calon penghuni surga itu? Tak lama kemudian seorang lelaki yang berpakaian sederhana lewat di depan Nabi dan para sahabat sambil menenteng terompahnya. Lelaki ini tidak tampak istimewa, penampilannya sama dengan jama’ah masjid biasa.

Keesokan harinya Nabi dan para sahabat sedang duduk di depan masjid sambil bercakap-cakap seperti biasa. Tiba-tiba Nabi kembali berkata,”Yang lewat ini nanti adalah calon penghuni surga!” Para sahabat pun kembali dibuat penasaran sambil melongok ke kanan ke kiri siapa gerangan orang yang beruntung itu? Ternyata lelaki yang sama lewat di depan Nabi dan para sahabat sambil menjinjing terompahnya. Ali tak tahan dengan rasa penasarannya, ia memutuskan untuk membuntuti lelaki tersebut ikut pulang ke rumahnya. Tiba di rumah si fulan, Ali kemudian berkunjung dan bersilaturahmi.Ia pun bercakap-cakap sejenak dengan lelaki itu, namun tak ada yang istimewa dengan lelaki itu. Hingga menjelang malam, tak satu pun keistimewaan yang dapat dilihat oleh sahabat Ali dalam diri lelaki itu.

Ali memutuskan untuk ikut menginap di rumah si fulan, setelah memperoleh ijin pemilik rumah tentunya. Saat malam tiba, Ali bangun untuk menegakkan sholat malam beberapa malam. Sejenak kemudian ia menengok pemilik rumah si fulan. Ah ia tak bangun dari tidurnya, hanya saja tiap kali ia menggeser tubuhnya di atas dipan selalu ia ucapkan Allah, Allah, Allah... Demikianlah beberapa hari Ali menginap di rumah si fulan untuk mengetahui apa keistimewaan calon penghuni surga ini.

Keesokan harinya Ali berpamitan kepada si lelaki dan pulang ke rumahnya. Saat di masjid ia merenung, apa kelebihan lelaki itu sehingga ia dijanjikan masuk surga, sedangkan sholatnya seperti sholat para sahabat tak lebih. Sholat sunnah juga dalam takaran yang biasa, sholat sunnat qobliyah dan ba’diyah sholat wajib, tak lebih. Hingga akhirnya Ali tak tahan untuk menanyakan masalah ini kepada Nabi. “Wahai Nabi apakah kelebihan orang ini hingga ia dijanjikan masuk surga sedangkan ibadahnya saya lihat biasa-biasa saja?” Nabi pun tersenyum seraya berkata,” Orang ini tidak menyimpan dendam dalam hatinya, tidak pula kebencian kepada orang lain. Hatinya bersih dari noda hawa dan nafsu amarah, iri hati, dendam dan hasad. Hati yang bersih itulah yang menghantarkan ia masuk ke surga!” Subhanallah maha suci Allah yang mengangkat derajat orang-orang yang berhati bersih.

Emosi yang Indah



Bagaimana bisa emosi kecewa menyesal benci dendam menjalani kehidupan yang begitu indah damai penuh cahaya cinta Ilahiyah.
Karena semua adalah kehendakNya jalan lurusNya takdirNya yang justru untuk kekasihNya hambaNya yang telah tertulis Diciptakan manusia danbjin hanya untuk ibadah kepadaKu dan lainnya akan selalu dijamin Allah. 
Apa lagi yang diragukan diemosikan dikecewakan.?
hehehe. .

Seseorang Beserta Orang Yang Dicintai



Seseorang bersama “Seseorang beserta orang yang dicintai.”
Riwayat dari Abu Musa ra, mengatakan:
Seorang lelaki datang kepada Nabi saw, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, seseorang mencintai suatu kaum dan ia tak pernah berjumpa dengan mereka.”

Rasulullah saw, bersabda:
Hadits mulia ini berniscaya bagi kita untuk mencintai kaum ahli ma'rifat (arifin), sekaligus menjadi berita gembira bahwa kita bersama mereka, manakala cinta kita benar. Bukankan agama itu tidak lain adalah cinta dalam Allah dan benci karena Allah? Maka diantara rahasia cinta sejati adalah sang arif diangkat ke wilayah maqom Sirr dan Keagungan ketika berdialog pada selain Dia.

Anak-anak sekalian! Ketahuilah bahwa Allah Yang Maha mengenal terhadap rahasia-rahasia para penempuh, Yang Melihat hasrat kaum arifin, memberikan tugas kepada mereka agar selaras dalam ‘ubudiyah, lalu mewujudkannya dengan prasyarat-prasyaratnya, agar tidak melampaui batas kehambaannya, jangan sampai memasuki batas Rububiyah.

Jangan sampai melampaui batas kefakiran melewati batas Kemahacukupan Allah Ta'ala.

Allah swt berfirman:
“Wahai manusia, kalian semua adalah fakir (butuh) kepada Allah, dan Allah adalah Maha Kaya dan Maha Terpuji.”

Segala sesuatu ini ada sebab, dan sebab bagi jalan keluar adalah ubudiyah yang benar. Allah swt berfirman:
“Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar”.

Jalan keluar dari penyembahan selain Allah swt. Dan Allah “Memberi rizki” berupa rasa senang bahagia dan cinta serta rindu kepadaNya, “Tanpa bisa dihitung.”

Makna ayat tersebut dalam versi lain juga, “Siapa yang bertaqwa kepada Allah” dengan menjaga rahasia-rahasia diri dari bencana berpaling kepada selain Allah, “Maka Allah akan memberikan jalan keluar padanya,” dari hijab penjauhan dari Allah, “dan Allah memberikan rizki” berupa Musyahadah dan Wushul, “dari arah yang tak terduga.”

Begitu juga Allah menjadikan sebab kema'rifatan hamba kepada Tuhannya, melalui pengenalan hamba pada dirinya, “Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya.”

Maknanya:

Siapa yang mengenal dirinya dengan wujud kehambaannya, maka ia mengenal Tuhannya dengan RububiyahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan fananya, maka dia mengenal Tuhannya dengan Baqa'Nya.
Siapa yang mengenal dirinya dengan kehambaan dan serba salahnya, maka ia mengenal Tuhannya dengan keselarasan dan anugerahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan rasa butuhnya, maka dia mengenal Tuhannya dengan menegakkan rasa sangat terdesak untuk menuju hanya kepada dan bagi Allah.
Siapa mengenal dirinya hanya bagi Tuhannya, maka sedikit sekali kebutuhan kepada selain Allah.

Nabi Saw Bersabda:
“Siapa yang mengenal (ma'rifat) Allah, maka ia teguh dengan haknya.”

Maksudnya:

Siapa mengenal Allah melalui hidayah, maka ia pasti menyerahkan sepenuhnya kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui RububiyahNya, ia tegak dengan prasyarat Ubudiyah kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui balasanNya, maka terjadilah rasa mohon pertolongan padaNya.
Siapa mengenal Allah melalui kecukupan dariNya, maka ia tidak butuh kepada selain DiriNya.

Dalam riwayat, Allah swt memberi wahyu kepada Nabi Dawud as,: “Ingatlah, siapa yang mengenalKu, berarti menghendakiKu dan mencariKu. Siapa yang mencariKu akan bertemu denganKu. Siapa yang bertemu denganKu, pasti tidak akan pernah memilih kekasih selain DiriKu.”

Syeikh Abu Bakr al-Wasithy ra, mengatakan, “Siapa mengenal Allah ia mencintai Allah. Siapa mencintai Allah ia taat kepada Allah. Siapa yang taat kepada Allah segala sesuatu selain Allah akan terputus darinya.”

Siapa yang terhalang ma'rifat, akan terhalang manisnya taat. Siapa yang terhalang manisnya taat, terhalang bermesraan dalam khalwat (sunyi). Maka ia tak akan menemukan pandangan terhadap anugerah dalam beribadah, dan tidak mengenal kekuasaan Allah secara hakiki, hingga dalam berbagai situasi ia terkalahkan, lalu gugurlah dalam menjaga istiqomahnya Rahasia bersama Allah Ta'ala.

Syeikh Husuf al-Asbath ra, mengatakan:

Siapa yang mengenal Allah, sedang dalam qalbunya ada hasrat selain Allah, berarti tak pernah sujud yang sejati kepada Allah.
Siapa yang mengenal Allah, sedang ia tidak merasa cukup bersama Allah, maka Allah tidak pernah mencukupinya.
Siapa yang berkata, “Allah” namun dalam hatinya masih tersisa selain Allah, sesungguhnya ia tidak pernah berkata “Allah”.
Memang, siapa yang takut kepada Allah dalam segala hal, maka Allah memberikan rasa aman dari ancaman segala hal.
Siapa yang bahagia dengan Tuhannya, maka segala hal selain diriNya tak membuatnya gentar.
Siapa yang mencari kemuliaan kepada Yang Empunya Sifat Mulia, maka ia pun jadi mulia.
Siapa yang mencari kemuliaan selain DiriNya, maka tak ada kebanggaan dan tak ada kemuliaan yang didapatinya.
Siapa yang putus dari sebab akibat dunia yang bisa menyibukkan dari Allah swt, maka ia akan bertemu dengan segala kesibukan yang menyambungkan dirinya pada Allah swt.
Siapa yang meninggalkan ikatan ketergantungan pada makhluk, ia akan bahagia dalam seluruh waktunya.
Siapa yang merasakan manisnya dzikir pada Tuhannya, ia akan bosan mengingat selain Allah.
Siapa yang menyembunyikan rahasia hatinya, akan muncul rahasia-rahasia tersembunyi padanya.
Siapa yang menjadikan hasratnya adalah Satu hasrat kepadaNya, maka Allah mencukupi seluruh hasratnya.
Siapa yang mencari ridlo Tuhannya, ia tak akan pernah peduli dengan kebencian selain Allah.
Siapa yang merasa cukup puas dengan maqom (posisi ruhani)nya, ia malah terhijab dari apa yang di depannya (maqom lebih tinggi).
Siapa yang dekat kepada Allah, maka segala hal selain Allah terasa asing.
Siapa yang menghendaki kemuliaan dunia akhirat, hendaknya ia memutuskan diri hanya kepada Sang Pemilik dunia akhirat.
Siapa yang meninggalkan kebaikan menjaga diri, ia akan terpeleset dari jalan hidayah.
Siapa yang hendak minum dari Cinta Allah satu tegukan, hendaknya ia juga minum dengan memuntahkan segala hal selain Allah.
Siapa yang mesra bahagia dengan selain Allah, segalanya membuatnya jadi gentar.
Siapa yang hatinya tenteram pada selain Allah, maka ia tak dapat apa pun dari Allah swt.

Rasulullah saw, bersabda, “Siapa yang ketika dinihari hasratnya sudah tertuju pada selain Allah, maka ia tak akan dapat apa-apa.”

Dalam sebagian Kitab-kitab Allah swt berfirman:
“Siapa yang mengehendaki Kami, maka Kami menghendakinya. Siapa yang menghendaki anugerah Kami maka Kami memberikannya.

Siapa yang mencintai Kami, Kami mencintainya. Siapa merasa cukup pemberian dari Kami, maka Kami memberikan hanya padanya dan apa pun anugerah Kami. 

Ingatlah siapa yang mencariKu pasti bertemu denganKu, dan siapa yang mencari selain DiriKu, ia tak pernah menjumpaiKu.”

Dikatakan dalam KitabNya pula:

Siapa yang mencariKu dengan taubatnya, ia mendapatkanKu dengan MaghfirahKu.
Siapa yang mendapatkanKu dengan syukurnya atas nikmatKu, ia mendapatkanKu dengan tambahnya nikmat.
Siapa yang mencariKu melalui doa, ia dapatkan Diriku melalui Ijabah.
Siapa yang mencariKu dengan rasa pasrah diri kepadaKu, ia dapati DiriKu dengan Kecukupan dariKu.
Siapa yang mencariku dengan Kedekatan padaKu, ia jumpai Aku dengan kemesraan bahagia.
Siapa yang mencariKu dengan Cinta, ia dapatkan DiriKu dengan WushulKu.
Siapa yang mencariKu dengan penuh kerinduannya, ia dapatkan Aku dengan Perjumpaan dan melihat kepadaKu.

Sebagian Sufi mengatakan:

Siapa yang hanya bagi Allah swt , maka Allah swt. hanya baginya: Yakni siapa yang berselaras dalam urusan Allah swt, maka Allah swt, mengurusinya.
Siapa yang berada dalam Dzikrullah, maka Allah swt senantiasa mengingatnya.
Siapa yang berada dalam Cinta kepada Allah swt, maka Allah swt, dalam cintanya.
Siapa yang berada dalam jalan meraih Ridlo Allah swt, maka Allah swt, berada dalam Ridlo kepadanya. “Siapa yang berpegang teguh pada Allah maka benar-benar ia diberi hidayah jalan mustaqim (yang lurus menuju Allah).”

Rasulullah saw, bersabda:
“Siapa yang cinta bertemu Allah swt, maka Allah swt Cinta pula menemuinya. Siapa yang benci bertemu Allah swt,
Allah swt pun membenci bertemu dengannya.”

Aturan Hukum Kaum 'Arifin .
Diantara aturan kaum ‘Arifin:

Siapa yang diuji melalui amal ibadahnya sang hamba, maka hendaknya ia menggunakan pakaian dari besi.
Siapa yang rela pada sedikit dunia, ia akan istirahat dari kesibukan yang menumpuk.
Siapa yang ambisi pada dunia, pada saat yang sama ia sedang jauh dari Allah Ta'ala.
Siapa membuka tutup ketaqwaan, maka langit yang luhur tak akan menutupinya.
Siapa yang memandang akibat-akibat perkara yang dijalaninya, ia akan selamat dari tahun-tahun yang berganti.
Siapa yang tidak menerima sedikit, ia akan susah berkepanjangan.
Siapa mencabut pedang taqwa dari sarungnya, ia akan memukul leher-leher kontra Tuhannya.
Siapa yang terus menerus memanjakan kesenangan, selamanya akan terpedaya.
Siapa yang tidak bisa menjaga ucapannya, maka akan rusak perilakunya.
Siapa yang tidak mengenal tempat bahayanya, ia tidak mengenal tempat manfaatnya.
Siapa yang kontra dengan pergaulan kaum penyimpang agama, Allah swt, akan menggantikan dengan pergaulan orang-orang yang baik.
Siapa yang meraih kemuliaan tanpa kebenaran, Allah swt. akan menghinakannya dengan kebenaran.
Siapa yang menelantarkan hari-hari tanamnya, ia akan menyesal di hari-hari panennya.
Siapa yang pasrah diri pada selain Allah swt, maka pasrah diri itu dijadikan siksa oleh Allah swt, padanya.
Siapa yang rela kepada Allah sebagai Tempat Berserah diri, maka setiap kebaikan akan jadi bukti baginya, dan setiap kebaikan yang ditemuinya menjadi jalan baginya.
Siapa yang menemukan kemesraan akan keluhuran diri,ia tidak akan menemukan kepahitan cobaan. “Siapa yang di dunia ini buta hatinya, maka dia di akhirat lebih buta lagi.”

Diantara Wasiat 'Arifin
Disebutkan, ada tiga kalimat, dimana kaum terpilih dahulu saling memberikan wasiat satu sama lainnya:

Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah swt, mencukupi urusan dunianya.
Siapa yang membagusi rahasia batinnya, Allah swt, membagusi dzohirnya.
Siapa yang membagusi apa yang ada antara dirinya dengan Allah swt, Allah swt, pun membagusi antara Dirinya dan makhluk manusia.

Sebuah syair dilantunkan:
Sungguh batin dan lahir manusia sama
Memandang dunia akhirat dan ingin puja
Bila lahir kontra batin maka sungguh tiada utama
Melainkan hanya kepayahan dan derita

Syair lain:
Siapa yang meraih kemuliaan pada Tuhannya
Itulah keagungan
Siapa yang melemparkan kemuliaan diri pada selain DiriNya
Itulah kehinaan
Jika saja ada seseorang yang dbagusi rajanya
Yang memenuhi kebetuhannya dalam satu sujud saja
Itu pun tak ada artinya


Hanyalah cinta



Hanyalah CINTA sebenarnya yang mampu menembus segala dimensi.

Namun mengapa banyak yang tidak pernah mengerti dan justru selalu mencari keribetan kesulitan permusuhan kebencian rasa dendam fitnah kesombongan kebohongan kecewa sesal keraguan kebingungan ketakutan penilaian prasangka merasa jelek merasa dosa merasa miskin merasa jahat yang semuanya justru mengotori jiwanya menjadi tidak tenang dan menjadi beban derita.

Akhirnya menyalahkan syaitan karena terpedaya dan yang kurang ajar menyalahkan Allah Sang Maha Segala karena tidak adilah karena dilahirkan sebagai orang jeleklah sebagai orang miskinlah sebagai orang jahatlah.
Mereka merasa itulah takdir hehehe.... 
Aneh. .
Mereka lupa semua adalah proses perjalanan dan semua proses ada langkah perjalanan maju penuh optimis semangat motivasi percaya diri keyakinan keiklasan kepasrahan total istiqomah rutin dalam syukur dalam cinta fokus hanya kepada Allah semua ibadah dan kehidupannya.
Demikian mudahnya dan otomatisnya perjalanan itu sebenarnya.
Hanyalah selalu DZIKRULLAH ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIM dan selalu KHUSUSON KEPADA SIAPAPUN APAPUN DENGAN MEMBACA ALFATEHAH KEPADA ALLAH.
InsyaAllah semua jalan akan terang lancar damai bahagia syahdu penuh cinta adanya.
Amin... Alfatehah. .

MUDAH DAN OTOMATIS



MUDAH DAN OTOMATIS hehehe itu kata-kata yang selalu saya tuliskan.

Karena ya sebenarnya semua mudah dan otomatis bila kita menjalani kehidupan itu dengan iklas yakin pasrah tanpa pamrih penuh syukur penuh cinta dan dijalani dengan istiqomah fokus kepada Allah.

Yang menjadi ribet ruwet mbundet mumet ragu takut itu manusia itu sendiri terlalu banyak penilaian penghitungan.
Yang susahlah sulitlah gakbisalah hehehe....
Padahal semuanya mudah dan otomatis.



Mengenal Hadits‬ Dhoif‬ dari Ahli Hadits

Senin, 25 Mei 2015




Di antara perkara bid’ah yang dianggap buruk, oleh mereka yang sangat bergairah mendakwa memperjuangkan sunnah, tauhid dan pembaharuan (tajdid) yaitu keterlaluan mengkritik hadits-hadits dhoif sebagai batil dan dusta. Mereka menyebar luaskan melalui perkataan dan tulisan mereka di buku-buku baru dan internet. Mereka menganggap beramal dengan hadits dhoif sebagai keji dan fasik atau sekurang-kurangnya sebagai kejahilan dan melampaui batas syaria’t.
Padahal displin keilmuan tidaklah beranggapan seperti itu karena hadits dhoif mendapat tempat di sisi syariat dan ia berperanan di dalamnya. Hadits dhoif juga mempunyai peranan yang asas dalam agama Islam. Sebagian daripada kezaliman terhadap ilmu dan agama yaitu menganggap dan menghukumi hadits dhoif dengan hukuman dusta (yaitu disamakan dengan hadits maudhu’). Hadits dhoif adalah hadits yang mempunyai asal juga dari Rasulullah, tetapi tidak sempurna padanya syarat-syarat hadits shahih. Hal ini bermakna bahwa hadits dhoif terdapat di sisinya keshahihan pada suatu sudut, dan sebagian syarat-syarat makbul hadits, tetapi sifat-sifat tersebut tidak sempurna sebagaimana yang berlakunya pada hadits shahih . Para ulama’ hadits telah memasukkan hadits dhoif termasuk dalam bagian hadits yang makbul (yang diterima), teristimewa pada fadhoil a’mal atau perkara yang bukan hukum agama.
Hadits dhoif tidaklah dimasukkan sebagai hadits yang tertolak dari segenap sudut. Lantaran itu, sebagian ulama’ menganggap sunnat beramal dengan hadits-hadits dhoif pada tempat yang layak, karena hadits dhoif ini mempunyai asal, tetapi tidak sempurna padanya syarat-syarat hadits shahih.

1. Kitab-Kitab yang Memuat Hadits Shahih.
Kitab-kitab yang memuat hadits shahih amat banyak. Hadits shahih ini bukanlah semata-mata hadits yang dikumpulkan oleh Imam al-Bukhari atau Imam Muslim saja. Tidak dijumpai adanya Nas dalam agama Allah ataupun Isyarat yang menunjukkan pembatasan hadits shahih terhadap kitab-kitab ini saja. Membataskan penerimaan Hadits shahih terhadap kedua kitab ini saja merupakan satu bentuk kefanatikan dan keraguan terhadap ilmu tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan.
Dalam kitab Huda al-Abrar ‘ala Tol’ati al-Anwar dan kitab Idha’atul Halik yang ditulis oleh Imam Ibn a-Hajj al-‘Alawi, kitab al-Jami’ oleh Safiyuddin al-Hindi dan kitab al-Manhal al-Latif serta kitab-kitab lainnya menyebutkan : Kitab-kitab yang di dalamnya dinisbatkan sebagai hadits shahih menurut kesepakatan jumhur ahli hadits, yang mendapatkan kritikan para ulama’ adalah:
1. Shahih Al-Bukhari ( Al- Jaami’ Al- Shahih).
2. Sohih Muslim.
3. Al-Muntaqa oleh Ibn al-Jarud (melainkan hadis yang beliau telah Mursalkan).
4. Sohih Ibn Khuzaimah.
5. Sohih Ibn Abi ‘Awanah.
6. Sohih Ibn al-Sakan.
7. Sohih Ibn Hibban.
8. Mustadrak al-Hakim (setelah dibuat pengesahan melalui hafalan semua oleh al-Dzahabi dan al-Iraqi sekalipun pengesahan al-Dzahabi lebih mendasar dan lebih keras). Sebagian mereka turut memasukkan Musnad Ahmad, karena dhoif dalam Musnad Ahmad adalah Hasan.
9. Al- Muwata Imam Malik yang lebih berhak dimana semua mursal yang berada didalam al-Muwata telah diwasalkan oleh Imam-imam hadits dalam karangan-karangan mereka dari thuruq yang lain.
10. Kemudian (Al-Mustakhrajat) yaitu kitab-kitab yang mentakhrij hadits-hadits yang masyhur dikalangan para ulama’.
Semua kitab ini telah diakui di kalangan ulama’ hanya memuat hadits shahih baik dipandang dari sudut ilmiyah dan ilmu hadits. Selain dari kitab ini, disamping memuat hadits shahih, juga bercampur dengan hadits hasan dan dhoif.
ألا يقدم أحد على البخارى فى العزو وان كان الحديث فيه وفى مسلم ساقوا لفظ مسلم لمبالغته فى تحرى اللفظ النبوى
Menurut kaidah ahli hadits, artinya : Tidak boleh mendahulukan nama selain Bukhari (jika hadits terbabit dan diriwayatkan oleh Bukhari) dalam menisbahkan sesuatu hadits kepada perawinya. Dan pada Muslim (jika suatu hadits itu juga diriwayatkan oleh keduanya) mereka turut menyebutkan namanya (bersama-sama Bukhari) disebabkan ketelitian Muslim dalam menyaring lafadz yang benar-benar diucapkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Oleh karena itu pandangan yang mengharuskan berpegang dengan hadits yang terdapat dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim semata-mata dengan anggapan hanya kedua kitab ini saja yang memuat hadits yang shahih, merupakan pandangan yang tidak bersandarkan kepada ilmu dan tidak pula pada agama.
Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain :
Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai dengan esensi masing-masing dalil.
Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan lebih kuat dari yang datang lebih dahulu.
Al-'aam wal khash, yaitu mendahulukan hadits yang lebih erat kaitannya dengan suatu masalah (lebih khusus) dari pada hadits yang bersifat umum.
Ar-riwayah, yaitu melihat riwayat untuk menilai derajat keshahihan masing-masing hadits itu. Namun penilaian derajat keshahihan suatu hadits bisa saja berbeda antara satu ulama dengan ulama lainnya. Khusus masalah yang keempat ini bisa kita perjelas dengan keterangan berikut ini: Hadits berbeda dengan Al-Quran yang sudah pasti shahih 100% dan diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak orang) dalam setiap level (thabaqat)-nya. Sedangkan hadits, sebagiannya mutawatir dan selebihnya tidak (hadits ahad). Tapi baik yang mutawatir maupun yang ahad, bisa saja sama-sama shahih. Karena keshahihan suatu hadits tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah periwayat, melainkan oleh kualitas periwayatnya itu sendiri. Bisa saja suatu hadits hanya diriwayatkan oleh satu orang saja pada satu thabaqat, tapi kualitasnya shahih. Tetapi penting juga untuk dipahami bahwa status keshahihan suatu hadits punya standar yang variatif. Seorang ahli hadits (muhaddits) bisa saja punya standar yang berbeda dengan ahli hadits lainnya. Misalnya, Al-Bukhari seringkali berbeda dalam penetapan keshahihan suatu hadits dengan Imam Muslim. Terkadang mereka sepakat menshahihkan suatu hadits, tapi seringkali mereka berbeda pendapat.
Ada banyak hadits yang dianggap shahih oleh Al-Bukhari tapi Imam Muslim mengatakannya tidak shahih. Sebaliknya, banyak juga yang dishahihkan oleh Imam Muslim tapi Al-Bukhari tidak menshahihkannya. Kalau kebetulan keduanya sepakat, dinamakan hadits muttafaqun 'alihi.
Di luar kedua imam ahli hadits itu, ternyata masih banyak lagi ahli hadits yang punya otoritas dan kapabilitas untuk menyatakan suatu hadits itu shahih.
Hadits shahih selain yang dishahihkan oleh kedua imam itu termasuk bahan baku berkualitas tinggi yang tidak bisa dianggap enteng. Apalagi bila kedua imam itu tidak mencantumkannya di dalam kedua kitab mereka. Seperti yang dilakukan oleh Al-Hakim, di mana beliau 'seolah' meneruskan apa yang telah dirintis oleh Al-Bukhari, lantaran beliau menggunakan metodologi kritik hadits yang digunakan Al-Bukhari dalam menshahihkan hadits yang oleh Al-Bukhari belum dilakukan. Kitab beliau bernama Al-Mustadrak, yaitu kitab hadits shahih sesuai syarat dari Bukhari. Selain Al-Bukhari, Muslim, Al-Hakim, masih banyak kitab hadits lain yang juga mengandung banyak hadits shahih. Yang paling masyhur adalah kutubus-sittah (enam kitab).
Tetapi sebenarnya jumlah kitab hadits tidak terbatas pada yang enam itu saja. Di luar yang enam itu, masih banyak sekali kitab-kitab hadits yang belum terlalu dikenal umat Islam. Masih tersimpan rapi di berbagai perpustakaan di pusat-pusat dunia Islam.

2. Pembahagian Hadits
Ahli hadis bersepakat bahwa ada tiga pembagian hadits yang paling penting yaitu :
1. Hadits shahih : berada pada kedudukan teratas.
2. Hadits hasan : Berada di kedudukan pertengahan.
3. Hadits dhoif : Berada di kedudukan paling bawah, karena cedera pada satu syarat saja dari syarat-syarat hadits hasan.
Adapun hadits maudhu’ (palsu), maka ia telah keluar daripada skop yang kita bincangkan, karena ia adalah satu kekejian, gugur daripada hak untuk berhukum dan hak zatnya, baik dari sudut matan atau sanad atau kedua-duanya, menurut ijma’/kesepakatan ulama hadits.
3. Pembagian Hadits Dhoif.
Hadis dhoif terbagi kepada dua bagian yaitu :
Pertama, kedhoifannya boleh ditampung (dikuatkan) oleh :
1. hadits dhoif masyhur ,
2. yang sama tetapi melalui jalan-jalan periwayatan yang lain.
3. atau apabila mengisnadkannya oleh sawahid yang makbul, terutama apabila dhoif perawinya hanya disebabkan:
(a) lemah hafalan, atau
(b) lemah disebabkan mursal, atau
(c) mastur (tertutup hal rawinya) ,
Maka naiklah martabatnya kepada martabat hadits hasan Lighairihi (yaitu bertaraf hasan disebabkan adanya riwayat yang lain). Oleh karena itu termasuk dalam serangkaian hadits maqbul (diterima) dan boleh dibuat hujjah sekalipun dalam soal hukum agama, sebagaimana yang telah dimantapkan di sisi para ulama’ dalam bidang ilmu ini. Tidak perlu diperdulikan kepada dakwaan mereka yang mendakwa sebagai ahli dalam ilmu ini, padahal mereka masih dalam taraf belajar, dan mereka tahu satu perkara tetapi perkara yang lain banyak yang tidak tahu. Mereka mengikuti kaidah orang-orang bodoh untuk mengelabui hakikat kebenaran, mendakwa diri dan mencari keuntungan dengan pendapat-pendapat pelik-pelik (syadz) mereka.
Kedua, kedhoifannya tidak bisa ditampung/dikuatkan, walaupun terdapat banyak jalan periwayatannya. Ia dinamakan sebagai al-wahiy (sangat lemah) hal ini berlaku sekiranya perawi itu ternyata seorang yang fasik atau dituduh berbohong.
Para ulama’ ilmu ini mengatakan, bahwa hadits yang seperti ini jika dikukuhkan dengan riwayat yang lain, dan mempunyai syawahid dan mutab’at, maka tarafnya naik, dari taraf (hadits munkar, al-waahiy atau hadits yang tidak ada asalnya) kepada martabat yang lebih tinggi. Pada ketika itu ia boleh diamalkan dalam soal fadhilah amal, tetapi tidak boleh pada soal:
1. Akidah
2. Hukum agama.

Sebagian ulama menambahkan:
Penafsiran al-Quran, karena mendahulukan hadits dalam menafsirkan daripada tafsiran berdasarkan fikiran semata-mata, tetapi pada pengecualian yang ketiga ini terdapat kritikan yang perlu pengkajian lagi.
Kare itu menerima hadits dhoif dalam segala jenis amalan yang berbentuk menggemarkan dan menakutkan, dalam soal adab, sejarah, ketatasusilaan, kisah tauladan, manaqib (biodata seseorang), sejarah peperangan, dan seumpamanya adalah diharuskan. Perkara ini telah disepakati (ijma’) oleh para ulama’ seperti yang dinukilkan oleh Imam al-Nawawi, Ibn Abdul Barr dan selain mereka. Malah Imam al-Nawawi menukilkan pandangan ulama’ bahwa dalam hal-hal tersebut disunatkan beramal dengan hadits dhoif.
والاستحباب من جملة أصول الدين وأحكام الشرع الشريف
Artinya : perkara yang sunnat termasuk dalam himpunan usuluddin dan hukum syara’, juga perlu diperhatikan. Tetapi kami berpendapat :
1. Penerimaan hadits dhoif dalam perkara-perkara terbabit, syaratnya jangan terlalu kuat kedhoifannya. Disini tidak termasuk hadits dhoif yang periwayatannya tunggal, yang salah seorang perawinya pendusta atau kesalahannya sangat keji.
2. Ia adalah merupakan perkara yang termasuk di bawah asas sesuatu kaidah syara’ yang kuliyyah (mencakupi seluruh soal-soal cabang perkara yang dihukum). Maka hadits-hadits yang tidak langsung berada di lingkungan asas tersebut bahkan merupakan suatu perkara baru, ini dianggap telah keluar dari keharusan ini.
3. Jangan pula hadits tersebut bertentangan dengan hadits yang shahih. Maka keluar pula hadits dhoif yang ditolak oleh hadits shahih dan tsabit. Ini merupakan pendapat Ibnu Hajar al- Asqalani dan as- Sakhawi (Qaulul Badi’ : 195)
4. Kapankah Hadits Dhoif Naik Derajad kepada Hadis Hasan?
Apabila diriwayatkan sesuatu hadits yang mana dari segenap sudutnya adalah Dhoif, tidaklah menjadi suatu keharusan hasil daripada kumpulan banyak hadits dhoif akan dianggap sebagai Hasan. Maka hadits dhoif di sisi para muhaqiqin terbagi dua:
A.Yang ditampung dengan hadis-hadis yang lain: hadits ini dapat dibuat hujjah pada masalah fadhail dan sepertinya. Hadis dhoif ini disebabkan beberapa sebab 
1) Dhoif disebabkan lemahnya hafalan perawi yang meriwayatkannya padahal perawi tersebut bersifat amanah.
2) atau dhoifnya disebabkan mursal
3) atau bersifat tadlis
4) atau tidak dikenal perawinya (majhul).
atau yang sepertimana perkataan para ahli hadits:
: اسناده محتمل للتحسين , أو قريب من الحسن , أو فى اسناده لين , أو ضعف , ثم : اسناده ضعيف , ثم : فى اسناده مجهول , أو مستور , ثم : ليس فى اسناده متروك , أو من يترك , أو من أجمع على ضعفه.
Artinya : Isnadnya diihtimalkan bagi hadis hasan atau hampir dengan martabat hadits hasan atau pada isnadnya terdapat sifat liin atau sifat dhoif. Kemudian isnadnya lemah, kemudian pada isnadnya majhul atau mastur, kemudian tiada pada isnadnya itu seseorang yang bersifat matruk, atau mereka yang matruk ( ditinggalkan) atau mereka yang telah di ijma’ kan atas dhoif riwayatnya.
Maka dhoif yang begini akan ditampung kedhoifannya dengan hadis dhoif yang lain yang tidak rendah darajatnya (sama-sama dhoif) dan hilang kedhoifan nya dengan sebab terdapat thuruq (jalan riwayat ) yang lain yang bersamaan atau lebih tinggi daripada darajatnya.

B. Dhoif yang tidak tertampung dengan riwayat yang lain, dan tidak bisa dibuat hujjah dengannya secara mutlak. Tidak boleh pada bab fadhoil dan tidak juga boleh pada perkara yang selain fadhoil. Diantaranya hadits al waahiy dan hadis mungkar yaitu hadits yang kedhoifannya disebabkan fasik rawinya atau dusta. Itulah perkataan muhaditssin berkenaannya:
اسناده واه أو ضعيف جدّا , أو ساقط , أو هالك , أو مظلم
Hadis-hadis yang begini tidak berfungsi sekalipun mufakat padanya hadits-hadits dhoif yang lain, lebih-lebih lagi apabila hadis-hadis dhoif yang lain hanyalah bersamaan dengannya pada istilah-istilahpangkat tersebut, disebabkan kuat dhoifnya dan sama taraf kedudukan hadits yang menjadi penampung. Ya, bahkan boleh meningkat pangkat hadits dhoif tersebut daripada keadaan pangkat-pangkatnya kepada pangkat hadits mungkar disebabkan berhimpun turuqnya (banyak jalan riwayatnya), dan tidak harus (haram) meriwayatkannya melainkan hendaklah disertai penerangan berkenaan kedhoifannya yang mungkar.

2) Ijmak ulama menerima sesuatu hadits sekalipun ia tidak shahih.
Sesuatu hadits yang telah diterima oleh para ulama melalui jalan periwayatan adalah makbul sekalipun tidak mencukupi syarat-syarat shahih, kerana Umat tidak akan bersependapat di atas sesuatu yang sesat.
Berkata Ibn Abdil Barr dalam kitab al-Istizkar:
لما حكى عن الترمذى أن البخارى صحح حديث البحر (( هو الطهور ماؤه )) , وأهل الحديث لا يصححون مثل اسناده , لكن الحديث عندى صحيح , لأن العلماء تلقوه بالقبول
Artinya : Ketika dihikayatkan daripada Imam at-Tirmidzi bahwa Imam Bukhari telah menshahihkan hadits berkenaan laut هو الطهور ماؤه , padahal para ahli hadits tidak menshahihkan sanad yang sepertinya, tetapi hadis tersebut disisiku adalah shahih , kerana para ulama telah menerima hadits tersebut sebagai makbul.
Berkata Ibn Abdil Barr di dalam kitab at-Tamhid, Jabir radhiyallahu anhu telah meriwayatkan daripada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ( الدينار أربعة وعشرون قيراطا)) Beliau berkata: Pada berkenaan pendapat sebahagian ulama yang berkata 
واجماع الناس على معناه غنى عن الاسناد فيه
Artinya : Ijma’ manusia atas maknanya itu terkaya daripada isnadnya.
Berkata al-Ustadz al-Isfiroyni:
تعرف صحة الحديث اذا اشتهر عند أئمة الحديث , بغير نكير منهم
Artinya : Dikenali keshahihan sesuatu hadits apabila masyhur ia di sisi para ulama hadits tanpa terdapat ingkar padanya.
Berkata sebagian ulama:
يحكم للحديث بالصحة اذا يلقاه الناس بالقبول , وان لم يكن اسناده صحيح
Artinya : Dihukumkan sesuatu hadits itu dengan hadits shahih apabila banyak para ulama menerimanya sekalipun isnadnya tidak shahih.
5) Beramal dengan Hadits Dhoif Sekalipun pada Hukum-Agama
Para ulama telah berdalil dengan hadits dhoif, yang dhoifnya tidaklah terlampau dhoif, sehingga pada masalah hukum agama yang mana hadits yang dhoif tersebut diambil i’tibar. Apalagi pada bab yang bukan hukum agama. Misalnya hadits yang berkenaan dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat dimana hadits yang berkenaan dengan perkara tersebut adalah hadits dhoif. Walaupun demikian hadits dhoif tersebut digunakan karena tidak ada satu haditspun dalam masalah ini yang shahih. Ada yang paling shahih yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Wail radhiyallahu anhu, beliau mengatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam meletakkan kedua tangan tersebut di atas dada. Pada hal ia bukan pula dalil untuk amalan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri. Sawkani dan selain beliau juga telah menyebut tentang hadits ini.
Contoh pada masalah yang seperti ini cukup banyak, misalnya di dalam (1.) Kitab Muntaqa al-Akhbar – karangan al-Mujid Ibnu Taimiyah, dan syarahanNya ( 2.) Nailul Awthar – karangan as-Syaukani, (3.) Takhrij Al-Hadits al Hidayah – karangan al-Hafiz Zailaie, (4.) Talkhis al-Habir – karangan Ibnu Hajar al-Asqalani, (5.) Bulughu al-Maram, dan SyarahanNya (6.) Subul al-Salam- karangan as-Son’ani. Di dalam (7.) Muwatha’ Imam Malik terdapat hadits-hadits bertaraf mursal dan hadits-hadits yang di mulai dengan lafaz “Balagha”. Begitu juga di dalam kitab-kitab Sunan terdapat bab-bab hukum yang berhujahkan hadits-hadits dhoif, dalam jumlah yang tidak sedikit.
Berkata al-Hafidz Abu Fadhal Abdullah bin Siddiq al-Ghumari rahimahullah : Perkataan para Ulama’ dalam ilmu ini:
الحديث الضعيف لا يعمل به فى الأحكام ليس على اطلاقه , كما يفهمه غالب الناس أو كلهم ؛ لأنك اذا نظرت فى أحاديث الأحكام التى أخذ بها الأئمة المجتمعين ومنفردين وجدت فيها من الضعيف ما لعله يبلغ نصفها أو يزيد , وجدت فيها المنكر والساقط , القريب من الموضوع
Artinya : Hadits dhoif tidak dapat diamalkan pada hukum agama, tidaklah menurut lafaz ithlaqnya (makna yang menyeluruh) sebagaimana kepahaman kebanyakan manusia atau seluruh mereka. Karena jika kamu memperhatikan pada hadits hukum yang telah digunakan oleh Imam-imam, baik secara kesepakatan ataupun sendirian, yang berdalil dengan hadits dhoif, niscaya engkau akan dapati terdapat hadits-hadits yang dhoif yang mencapai separuh daripada dalil-dalil hukum agama atau melebihi separuh. Kadang-kala engkau akan menjumpai hadits mungkar, hadis saqith dan hadits-hadits yang mendekati kepada taraf maudhu’.))
Perkara ini telah diisyaratkan oleh saudara kandung kami al-Allamah al-Hafiz as Saiyid Ahmad di dalam kitab al Masnuni wal Battal, maka hendaklah lihat di sana. Bahkan mereka yang telah mencontohkan kaedah tersebut adalah Imam Malik dan Imam Abu Hanifah di mana mereka telah berhujah dengan hadits-hadits mursal. Sebagian daripada ushul Imam Ahmad dan muridnya Abu Daud adalah berhujah dengan hadits-hadits dhoif. Beliau telah mendahulukan hadits dhoif daripada pendapat dan qiyas. Imam Abu Hanifah seperti yang telah dinaqalkan oleh Ibnu Hazm juga telah beramal seperti mereka dan yang seangkatan dengannya. Terdapat di dalam perpustakaan kami satu naskah kitab tulisan tangan berjudul al-Mi’yar, di dalamnya disebutkan hadits dhoif pada tiap-tiap bab, yang telah diambil dari ijtihad para Ulama’ Mahzab Empat, sebagai dalil mereka baik secara ijma’/kesepakatan atau sendiri dan menggunakan hadits-hadits dhoif pada suatu hukum agama.
Apabila telah mantap bagimu pada kaedah ini, maka janganlah engkau berpaling disebabkan was-was yang telah dilemparkan oleh sekumpulan orang bahwa hadits-hadits dhoif tidak boleh dijadikan hujah dengannya sama sekali, karena engkau telah mengetahui kaedah tersebut adalah sebagian amalan para Imam Umat ini. Tetapi sangat mengherankan, thoifah (kumpulan orang) ini telah menggunakan hadits-hadits dhoif apabila sesuai dengan kehendak mereka dan mengutamakan hadits dhoif daripada yang hadits shahih. Perkara seperti ini bisa diketahui dengan memperhatikan cara mereka menggunakan dalil-dalil untuk menegakkan bid’ah dan bantahan-bantahan mereka. Ini adalah merupakan permainan-permainan yang patut mendapat murka Tuhan. Naudzubillah….

6) Ijma’ Para Ulama’ beramal dengan Hadits yang Dhoif.
Tidak akan dianggap cedera ijma’ ulama disebabkan terdapat pertentangan dan pendapat yang pelik (syadz). Tidak terdapat seorang pun dikalangan para ulama’ yang menentang ijma’ pada keharusan beramal dengan hadits-hadits yang dhoif pada masalah Fadhail Amal kecuali Al-Qadi Abu Bakar bin Al-Arabi. Yang demikian itu telah menyebut oleh guru kami didalam risalahnya, perkataan yang berbunyi,:
له وجوه يرد عليه منها , ويحمل كلامه عليها … ويكفى انه انفرد بهذا القول لئلا يحتج به
Artinya : Beliau (Qadhi al-Arabi) mempunyai pendapat-pendapat yang ditentang dan (diihtimalkan) ditujukan maksud beliau kepada…. Memadailah bahwa bersendirian beliau dengan perkataan itu dan tidak boleh dipegang sebagai hujjah.))
Adapun perbuatan sebagian penulis kini yang suka mengubah-ubah fakta, berusaha menisbatkan pendapat tersebut (yaitu tidak boleh sekali-kali beramal dengan hadits dhoif sekalipun pada Fadhoil Amal) kepada Imam al-Bukhari dan Imam Muslim sebenarnya adalah merupakan perkara yang sangat ajib (menghairankan). Kenapa begitu? jawabnya karena Imam Al-Bukhari telah menulis di dalam kitabnya Al-Adabul Mufrod dan di dalam kitab Tarikh yang mana beliau tidak mensyaratkan periwayatan-periwayatan hadits dengan meninggalkan hadits-hadits yang dhoif. Maka di dalam kedua kitab tersebut, beliau telah menisbahkan riwayat-riwayat tersebut kepada diri beliau sendiri, tidak lain tujuannya supaya manusia bersungguh-sungguh beramal dengan hadits-hadits tersebut walaupun terdapat hadits yang dhoif. Kemudian Imam al-Bukhari rahimahullah telah menyebut hadits yang tidak menurut syarat-syarat beliau dalam kitab Jami’ nya, yaitu kitab Jami’ Shahih dan sebagian dari hadits tersebut di dalam Jami’ Shahih, karangan beliau terdapat hadits-hadits yang dhoif. Ini terdapat di dalam ta’lik atau tarjamah beliau. Berlakunya perkara yang demikian menunjukkan, bahwa beliau sebenarnya beramal juga dengan hadits-hadits yang dhoif. Adapun sebab beliau tidak menyebut di dalam Asal Kitab Shahihnya, karena bertentangan dengan syarat syarat beliau, yang mana beliau hanya akan meriwayatkan hadits-hadits didalam Kitab Jami’ nya itu tidak lain melainkan hadits-hadits yang shahih saja.

Adapun mengenai Imam Muslim, sesungguhnya Imam Nawawi yang telah mensyarahkan kitab beliau, telah menghikayatkan Ijma’ atas keharusan beramal dengan hadits yang dhoif pada Fadhailul amal. Padahal Imam Nawawi lebih mengetahui, berkenaan dengan Imam Muslim, dan berkenaan dengan Kitab Shahih Imam Muslim, dan ini sangat berbeda jauh apabila dibandingkan dengan mereka yang membantah.
Adapun perkataan, sekumpulan daripada golongan orang yang menisbatkan diri mereka, sebagai golongan Salafus Shalih pada zaman kita ini, maka tidaklah akan cedera pula Ijma’ lantaran karena kurang pahamnya mereka itu dan lantaran disebabkan mereka membantahinya pada perkara yang telah diamalkan oleh para Imam Ahli Hadits atau periwayat hadits itu sendiri (yaitu beramal dengan hadits dhoif). Selain daripada itu, sebenarnya kebanyakan mereka yang mendakwa sebagai pengikut Salafus Shalih itu, bukanlah Ahli di medan Ilmu Ini .
7) Meriwayatkan Hadits Dhoif.
Adalah wajib menerangkan keadaan sesuatu hadits itu adalah dhoif ketika meriwayatkannya atau wajib disebutkan dengan salah satu dari lafadz yang menunjukkan dhoif seperti lafadz :
روى untuk memelihara perbedaan di antara hadits yang shahih, yang tsabit dengan hadits yang dhoif, yang tidak sempurna padanya syarat-syarat hadits shahih.
8) Pemuka-pemuka Hadits Jaman Dahulu.
Di dalam kebanyakan kitab-kitab para pemuka hadits yang terdahulu mereka menyebutkan setiap hadits dengan sanadnya tanpa menerangkan darajat hadits tersebut. Demikian itu karena bersandar kepada kaedah:
من أسند فقد أحالك , ومن لم يسند فقد تكفل لك
Artinya: Barangsiapa yang menyebut sanad maka sesungguhnya ia telah memalingkannya kepadamu, dan barangsiapa yang tidak menyebut sanad sesungguhnya memadai ia bagimu. Oleh karena lazimkanlah dengan selalu berniat.

9). Penerangan lebih jelas.
Abu al-Syeikh Ibn Hibban dalam kitabnya al-Nawa’ib meriwayatkan secara Marfu’ hadits Jabir radhiyallahu anhu yang menyebutkan:
من بلغه عن اللّه عز وجل شيء فيه فضيلة , فأخذ به ايمانا به , ورجاء لثوابه , أعطاه اللّه ذلك , وان لم يكن كذلك
Artinya : “Barangsiapa yang sampai kepadanya sesuatu dari Allah yang memuat sesuatu fadhilah, lalu dia beramal dengannya karena percaya terhadapnya dan mengharapkan ganjaran/pahalanya maka Allah memberikan yang demikian itu, sekalipun sebenarnya bukan begitu”.
Pengarang Kanzul Ummal – ( 43132) – telah menisbahkan hadits ini kepada Abu Sheikh, Khatib, Ibnu an-Najjar, al-Dailami dari Jabir radhiyallahu anhu, dalam kitab al-Durar karangan Ibnu Abdi al-Barr, al-Mu’jam al-Awsath karangan al- Tabarani dari Anas dengan lafadz yang artinya : ”Barangsiapa yang telah sampai kepadanya sesuatu fadhilah dari Allah, maka ia tidak mengakuinya, tidaklah ia mendapatkannya (pahalanya)”, tapi terdapat kritikan pada riwayat yang ini, al-Ajluni telah menyebut dalam Kasf al-Khafa ( 2 : 327), telah di nukil dari Imam Suyuthi. Satu hadits lagi telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5: 425) Ibnu Sa’ad dalam Tabaqat ( 1: 387/388), Ibnu Hibban telah menshahihkannya (92) – Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda ”Bila kamu mendengar sesuatu hadits dariku, yang hati kamu telah mengenalinya, lembutlah bulu dan kulit kamu, kamu nampak hadits tersebut dekat (kamu memahaminya), maka aku lebih utama dengannya dari kamu. Apabila kamu mendengar pula suatu hadits dariku yang hati kamu ingkar, liar darinya oleh bulu dan kulit kamu dan kamu nampak hadits tersebut jauh (sulit untuk difahami), maka aku lebih jauh dari kamu terhadapnya (lantaran ia bukan berasal dariku).
Hadits ini merupakan puncak asas yang sangat besar dalam membicarakan hukum-hukum berkaitan hadits dhoif, karena tidak mungkin sabdaan ini terbit daripada fikiran semata-mata tanpa masmu’ (didengari dari Nabi shallallahu alaihi wasallam), bahkan ia sebenarnya merupakan dalil bahwa bagi hadits-hadits dhoif mempunyai asal dan tanda pengesahan makbul (diterima).
Sesungguhnya para ulama menukilkan dari Imam Ahmad bin Hanbal bahwa dalam soal hukum agama, beliau berpegang dengan hadits yang dhoif (jika ditampung kedhoifan tersebut dengan kemasyhuran hadits terbabit). Beliau juga mengutamakan hadits dhoif dari pandangan akal. Beliau mengambil hadits-hadits dhoif pada perkara-perkara halus (seperti akhlak) dan fadhail. Seperti itu juga Ibnul Mubarak, al-Anbari, Sufiyan al-Thauri dan di kalangan pemuka-pemuka umat.
Begitu juga para ulama’ Hanafi mendahulukan hadits dhoif terhadap pandangan akal, sebagaimana yang dinukilkan oleh al-Zarkasyi, Ibn Hazm dan selainnya. Maksudnya, bahwa sesungguhnya bagi hadits-hadits dhoif adalah zat-zat hadits yang terdapat i’tibar, dan kegiatan Ilmiyyah Syaria’t, karena tidak mencukupi sebagian syarat-syarat hadits shahih padanya. Maka meletakkan title makzub (hadis dusta/ maudhu’) pada hadis dhoif adalah kesalahan yang besar di sudut Ilmiyah dan Syariah.
Madzhab Abu Daud sama seperti madzhab Hanafi dan Hambali, yang mana mereka mengutamakan hadits dhoif dibandingkan penggunaan akal, jika tidak ada sumber lain yang boleh dijadikan dalil dalam sesuatu bab yang dibincangkan.
Tidak ada yang menyanggahi Ijma’ bahwa hadits dhoif boleh diamalkan melainkan Abu Bakar Ibn al-‘Arabi seperti yang dinukilkan oleh Ibn al-Shalah. Pertentangan oleh Ibn al-‘Arabi ini mempunyai beberapa alasan yang telah dijawab oleh para ulama, atau penolakannya terhadap hadits dhoif itu hanya terbatas kepada alasan-alasan yang diberikan saja. Oleh karena itu sebenarnya tidak ada pertentangan antara beliau dengan ijma’ ulama dalam hal keharusan beramal dengan hadits dhoif jika betul pada tempatnya.

10). Hadits-hadits dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Dhoif dan Mudha’af.
Di sana terdapat satu lagi bagian hadits yang dinamakan hadits muda’af, yaitu hadits yang mana para perawi dalam isnadnya dianggap dhoif (lemah) oleh satu kumpulan ulama sementara kumpulan lain pula mengatakan mereka adalah perawi yang thiqah (dipercaya). Kedudukan hadits ini berada di tengah-tengah antara hadits shahih dan dhoif. Dengan kata lain, martabatnya kurang daripada hadits shahih tetapi melebihi taraf hadits dhoif. Ia adalah saudara kepada hadits hasan ataupun dari jenis yang lebih tinggi daripada hadis hasan. Oleh karena itu para ulama mengharuskan hadits ini dimasukkan dalam kitab-kitab shahih. Namun hadits ini biasanya dimasukkan dalam kitab-kitab shahih, dan biasanya berperanan sebagai syawahid dan mutaba’ah atau hanya sekadar disebut ketinggian sanadnya (sanad yang a’liyy) saja.
Imam Bukhari telah menyebut secara bersendirian (tanpa Muslim) sebanyak lebih empat ratus delapan puluh nama perawi, dimana yang delapan puluh daripadanya dikritik oleh ahli hadis sebagai bertaraf lemah periwayatannya. Adapun rangkaian sanad Muslim ada enam ratus dua puluh orang perawi, yang mana seratus enam puluh orang daripada mereka dikritik dan dikatakan bertaraf lemah. Namun mereka ini (yang dikatakan lemah periwayatannya) diperlakukan sebagai perawi yang thiqah (dipercaya) oleh banyak ahli hadits yang lain.
Maka bagaimana pula fikiran mereka yang mendakwa dalam ilmu ini yang mencoba mengulas berkenaan hal perawi-perawi tersebut??..
Ibn al-Shalah mengulas:
يقع بصحة ما أسنداه ( البخارى ومسلم ) أو أحدهما , سوى أحرف يسيرة تكلم عليها بعض أهل النقد , لا كلهم .
Artinya : Semua perawi yang disebutkan dalam sanad Imam Bukhari dan Muslim diputuskan sebagai shahih kecuali beberapa nama yang dipertikaikan oleh setengah ahli al-Naqd (pengkritik sanad) bukan kesemuanya. Kami pula mengulas: Beberapa nama yang dipertikaikan setengah pengkritik sanad, dan inilah yang termasuk dalam bagian hadits muda’af, yang mana ia harus dimasukkan ke dalam kitab-kitab hadits yang shahih, tanpa ada celaan seperti yang telah kami terangkan.
Kemudian seterusnya :
ان الحكم على الحديث بالصحة , أو الحسن , أو الضعيف , انما هو لظاهر الاسناد , لا لما هو فى نفس الأمر , فنفس الأمر هو اليقين المطلق الذى لا يعلمه الا اللّه وحده
Menentukan sesuatu hadits yang bertaraf shahih atau hasan atau dhoif adalah berdasarkan pengamatan dzahir terhadap nama-nama yang terdapat dalam sanad. Suatu hadits dikategorikan sebagai shahih, hasan dan dhoif bukan berdasarkan hakikatnya, karena hakikatnya yang sebenarnya hanyalah Allah yang mengetahui. Oleh karena itulah para ulama hadits menyebutkan:
كم من حديث صحيح هو فى نفس الأمر ضعيف , وكم من حديث ضعيف هو فى نفس الأمر صحيح , وانما علينا التحرى والاجتهاد
Artinya : Mungkin ada di antara hadits yang shahih pada hakikatnya ia adalah dhoif, dan berapa banyak hadits yang dhoif sedangkan pada hakikatnya ia adalah shahih. Yang menjadi kewajiban kita ialah membuat pemeriksaan dan berijtihad.
Mereka mengatakan lagi:
لأنه يجوز الخطأ والنسيان على العدل الصدوق , كما يجوز على غيره , فاليقين هنا اعتبارى محض.
Artinya : Ini karena ada kemungkinan perawi yang adil/yang benar melakukan kesilapan atau terlupa sebagaimana hal tersebut harus berlaku kepada orang lain. Oleh karena itu keyakinan terhadap mutu hadits di sini hanya dalam bentuk i’tibar (yaitu berdasarkan pengamatan yang dzahir.
ورواية (( العدل )) عن (( الضعيف )) تعديل له عند الأصوليين .
Artinya : Apabila seorang perawi yang bersifat adil meriwayatkan hadits yang diambilnya daripada perawi yang bertaraf dhoif, maka berarti dia menganggap perawi itu bertaraf adil, menurut ulama’ ushul.
Pengarang kitab al-Manhal menyebutkan:
” وقياسه أنه تصحيح له أيضا عندهم ” .
Artinya : Qiyasnya, berarti perawi yang bertaraf adil itu telah mentashihkan hadits dhoif tersebut, menganggap hadits tersebut sebagai shahih disisi mereka.

11). Ulama Sufi dan Hadits Dhoif.
Mudah-mudahan para saudara kita di kalangan penulis dan pembimbing selepas ini mengambil sikap wara’ (berhati-hati) daripada menghamburkan pandangan secara ithlaq (pukul rata) sehingga sampai menganggap palsu (maudhu’) terhadap hadis-hadis yang dhoif yang tidak sesuai dengan pendapat mereka. Seolah-olah hadits dhoif itu sebagai maudhu’, makdzub dan muftara موضوع , مكذوب , مفترى
tidak boleh diambil manfaat, tidak perlu dihormati dan tidak boleh dinukilkan dan tidak boleh langsung berjinak-jinak dengan lafadz dan pengertiannya.
Kemungkaran yang paling buruk, apabila menuduh yang bukan-bukan kepada orang-orang sufi hanya karena berpegang pada hadits dhoif, walaupun dalam hal yang disepakati oleh Para Ulama Hadits dan Para Ulama Ushul ditimur dan barat, bahwa hadits-hadits dhoif terbabit sunnat diamalkan, dan semata-mata karena mengetahui sebagian besar di kalangan Ulama-ulama hadits dan Imam-imam mereka adalah Ahli Sufi yang memimpin (pengikutnya dan umat) sebagaimana yang terdaftar dalam sanad-sanad dan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh mereka.
Ibn Abdul Barr berkata:
أحاديث الفضائل لا تحتاج فيها الى من يحتج به
Artinya : Hadits-hadits yang berkaitan dengan fadhilah-fadhilah, maka kami tidak memerlukan orang yang layak untuk dijadikan hujjah.
Ibn Mahdi menyebut dalam kitab al-Madkhal:
اذا روّينا عن النبى _ صلى اللّه عليه وسلم _ فى الحلال , والحرام , والأحكام , شددنا فى الأسانيد , وانتقدنا الرجال , واذا روّينا فى الفضائل , والثواب , والعقاب , تساهلنا فى الأسانيد , وتسامحنا فى الرجال
Artinya : Apabila kami meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang halal haram dan hukum agama, maka kami akan memperketatkan sanad-sanadnya dan kami akan membuat kritikan (pemeriksaan) terhadap rijalnya (nama-nama perawi yang terdapat dalam sanad). Tetapi apabila kami meriwayatkan hal-hal berkaitan fadhilah, ganjaran pahala dan siksa, maka kami mempermudahkan sanad-sanadnya, dan kami tidak memeriksa rijalnya.
Imam al-Ramli menyebutkan hadits-hadits yang terlalu dhoif (yaitu hadits yang dinamakan al-wahiy) apabila sebagian bergabung dengan sebagian yang lain, maka ia boleh dijadikan hujjah dalam bab ini (yaitu Bab Fadhilah, Perkara yang menambat hati, Nasihat, Ketatasusilaan, Sejarah dan seumpamanya). Berdasarkan inilah, maka al-Mundziri dan para pentahkik yang lain mengumpulkan hadits-hadits terbabit dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib (menggemar dan membimbangkan).
Pendekatan yang diambil oleh golongan terdahulu yang membuat pengkhususan dalam bidang hadits ini samalah dengan pendekatan yang diambil oleh setengah fuqaha’ dan ulama tasawuf. Dan dengan pendekatan inilah kami berpegang. Dalam Matan Hadits-hadits Dhoif, kita banyak menemui hikmah-hikmah, ilmu makrifah, perkara yang seni-seni/ halus, kesusasteraan yang menghimpun semuanya oleh hembusan wahyu kenabian adalah merupakan barang khazanah (Ilmu ) orang mukmin yang telah hilang.

Inilah pendekatan yang diambil oleh ulama terdahulu seperti al-Thauri, Ibn ‘Uyainah, Ibn Hanbal, Ibn al-Mubarak, Ibn Mahdi, Ibn Mu’in dan al-Nawawi. Ibn ‘Adiy meletakkan satu bab berkaitan hal ini (penerimaan hadis Dhoif) dalam kitabnya yang berjudul al-Kamil. Begitu juga yang dilakukan oleh al-Khatib dalam kitab al-Kifayah.
Pada masa kini, kita dapat melihat ada golongan yang menolak hadits-hadits al-Bukhari karena tidak sejajar dengan kefahaman yang dipeganginya, dan tidak bersesuaian dengan kecenderungannya atas nama menolong Sunnah. Malah ada orang yang menulis buku berkaitan hal ini, sedangkan dia bukan orang yang berkelayakan. Ada berpuluh-puluh musuh Islam yang membantunya untuk mencetak buku berkenaan dan menyebarkan secara percuma di banyak tempat walaupun menelan biaya yang besar yang didorong oleh kepentingan mendapatkan keuntungan material dan niat yang buruk.
Kalau tidak dengan rahmat Allah, dan langkah-langkah yang diambil oleh majalah Muslim (yaitu majalah yang diasaskan oleh penulis) dan setengah ulama hadits (untuk menangkis usaha tersebut), niscaya akan menyebabkan timbul keraguan terhadap semua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan riwayat oleh Imam-imam Hadits yang lain. Tentunya (jika tidak ada usaha yang diambil oleh Ulama dalam menangkis golongan tersebut), maka Sunnah Nabi yang telah tsabit secara ilmiah, akan menjadi fitnah (semoga Allah melindunginya) yang ditimbulkan oleh golongan yang mendakwa sebagai pengikut Salafiyah, yang seolah-olah mereka lebih mengetahui tentang ilmu Sunnah, dibandingkan dengan orang lain. Mereka suka menghukumi kufur, syirik dan fasiq kepada orang lain yang berbeda dengan dirinya, menuruti hawa nafsu mereka yang jelek.

Fahamilah keadaan Ini : Sesungguhnya Imam Al-Nasa’i telah mentakhrijkan (yaitu memakai dan beri’timad dalam riwayat sesuatu hadits) nama-nama perawi yang tidak diijma’ pada matruknya, yakni nama perawi sesuatu hadits yang hanya bersumberkan daripadanya. Jika dia tidak dikenal pasti sebagai seorang yang pembohong.
Apa yang berlaku kepada kami (yaitu hadits-hadits yang diamalkan oleh kami) yang diriwayatkan oleh Tokoh-tokoh besar Sufi dan Pendakwah ke jalan Allah, tidak terdapat di dalam sanadnya perawi yang pembohong atau pendusta. Cukuplah ini sebagai dalil keharusan beramal dengan hadits yang dhoif pada tempatnya. Inilah pendirian yang diambil oleh ulama-ulama Tasawuf dan yang terdapat dalam kitab-kitab mereka. Kami memohon keampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. Dialah jua yang memberikan taufiq dan tempat untuk meminta pertolongan.

12). Sebagian daripada Tanda-tanda keNabian
Kepada mereka yang berpangkalkan Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam pada selemah-lemah sebab, dan mereka telah ditimpa demam panas ta’asub ketika mendengar perkara yang bertentangan dengan hawa nafsu mereka berkenaan dengan Hadits Nabi, maka ada sabdaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang ditujukan kepada mereka:
لا ألفينّ أحدكم متكئا على أريكته يأتيه الأمر من أمرى مما أمرت به , أو نهيت عنه فيقول : لا ندرى ما وجدنا فى كتاب اللّه اتبعناه )) رواه ابو داود والترمذى وصححه
Artinya : Sesungguhnya tidak akan di dapati sesorang dari kamu yang bertelekan (duduk) di kamarnya, yang datang padanya sesuatu perkara dari urusan yang berasal dari perintahku atau laranganku, melainkan akan akan menjawab : Kami tidak tahu dan tidak menjumpainya ada dalam Kitab Allah untuk kami ikutinya.))
Catatan : Waham dan Tadlis pada menerangkan pangkat hadits.
Telah menjadi kebiasaan dari sebagian mereka yang telah mewahamkan dan mentadliskan pada menerangkan darajat hadits dengan menggunakan perkataan: 
(( ليس بصحيح)) يعنى (( حسن أو ضعيف))
Ertinya: Tidak shahih yaitu (maksud yang sebenarnya adalah) hasan atau dhoif, melainkan bahwa menisbatkan perkataan tersebut sebenarnya bertujuan untuk memberikan kesamaran kepada umat bahwa hadits tersebut adalah maudhu’. Padahal tidak terdapat di dalam kitab-kitab hadits istilah yang seperti itu, maka sesungguhnya kebanyakan mereka yang mengaku pengikut Salafus Shalih pada masa kita ini banyak menulis di dalam majalah-majalah mereka perkara waham dan tadlis.
Mesti diketahui oleh kita semua bahwa apabila di dapati di dalam kitab-kitab ahli hadits yang terdahulu (al-Mutakaddimin) istilah seperti :
لم يصح فى هذا الباب حديث
Artinya : Tidak sah pada bab ini suatu hadits pun, maka yang dimaksudkan adalah terdapat hadits hasan dan dhoif padanya. Mereka menggunakan peristilahan seperti itu karena mereka berbicara dihadapan:
1.Para Ulama’ atau
2. Pada ketika kebanyakan yang hadir adalah membincangkan istilah-istilah di dalam ilmu ini.

13)Membatalkan Hadits-hadits dengan Menyangka Membersihkan dan Menolongnya.
Sebagian bala’ dari Allah Ta’ala yang ditimpakan pada segolongan orang, yaitu yang sengaja merubah kitab-kitab hadits dan membagi hanya kepada hadits shahih dan dhoif saja, bahkan mengumpulkan semua hadits-hadits shahih dalam satu kitab dengan hanya menuruti hawa nafsunya. Kemudian menggandengkan hadits dhoif bersama hadits maudhu’ dalam satu kitab pula. Maka bencana dahsyat apalagi yang akan ditimpakan? Adakah karena kemasyhuran dan banyak karangan yang menghasilkan banyak harta benda?. Atau di sana ada tujuan yang tersembunyi untuk mengetepikan atau menghilangkan hadits-hadits yang begitu banyak?. Lantaran menuruti keinginan syahwat orang-orang tertentu atau ingin menyebarkan mazhab mereka dan dengan mengikuti keinginan hawa nafsunya dengan menggunakan agama? Wallahu a’lam.

Fadhilah al-Sheikh al-Sayyid Muhammad Zaki Ibrahim, Mantan Sheikh al-Masyaikh Thuruq al-Shufiyyah Mesir

Re-Copyright @ 2015 Media Share Aswaja. Re-Designed by AvD from AvD | AvD Brawijaya